1. IMAN
Pengertian Iman
Pengertian iman dari bahasa Arab
yang artinya percaya. Sedangkan menurut
istilah, pengertian iman
adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan
lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian,
pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu
benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian
pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan
secara nyata.
Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai
mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di
atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah,
kemudian diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan. Sebab,
ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak
dapat dipisahkan.
Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang
sangat mendasar bagi seseorang. Allah memerintahkan agar ummat manusia beriman
kepada-Nya, sebagaimana firman Allah yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah
beriman kepada Allah dan RasulNya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang
diturunkan kepada RasulNya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa
ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya,
dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.” (Q.S. An Nisa : 136)
Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa Bila
kita ingkar kepada Allah, maka akan mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang
sesat tidak akan merasakan kebahagiaan dalam hidup. Oleh karena itu, beriman
kepada Allah sesungguhnya adalah untuk kebaikan manusia.
Iman memiliki beberapa tingkatan, sebagaimana
terdapat dalam sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam :
اْلإِيْمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّوْنَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ اْلإِيْمَانِ.
“Iman memiliki lebih dari tujuh puluh cabang
atau lebih dari enam puluh cabang, cabang yang paling tinggi adalah ucapan laa
ilaaha illallaah, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri (rintangan)
dari jalan, dan malu adalah salah satu cabang iman.”
Rukun Iman ada enam, yaitu:
1.Iman kepada
Allah.
2. Iman
kepada Malaikat-Malaikat-Nya.
3. Iman
kepada Kitab-Kitab-Nya.
4. Iman
kepada Rasul-Rasul-Nya.
5. Iman
kepada hari Akhir.
6. Iman
kepada takdir yang baik dan buruk.
Keenam rukun iman ini berdasarkan hadits yang
diriwayatkan dari ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu dalam jawaban Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam atas pertanyaan Malaikat Jibril Alaihissallam
tentang iman, yaitu:
أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ، وَمَلاَئِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ، وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ.
“Engkau beriman kepada Allah,
Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari Akhir, dan engkau
beriman kepada takdir yang baik dan buruk.”
2. ISLAM
Pengertian Islam
Islam secara etimologi (bahasa) berarti tunduk, patuh, atau berserah diri. Adapun menurut syari’at (terminologi), apabila dimutlakkan berada pada dua pengertian:
Pertama: Apabila disebutkan sendiri tanpa diiringi dengan kata iman, maka pengertian Islam mencakup seluruh agama, baik ushul (pokok) maupun furu’ (cabang), juga seluruh masalah ‘aqidah, ibadah, perkataan dan perbuatan.
Allah Azza wa Jalla juga berfirman:
إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِن بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
“Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” [Ali ‘Imran: 19)
Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman:
وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan barangsiapa mencari agama selain
Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi.” [Ali
‘Imran: 85]
Menurut
Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab rahimahulllah, definisi Islam adalah:
اْلإِسْلاَمُ: َاْلإِسْتِسْلاَمُ ِللهِ بِالتَّوْحِيْدِ وَاْلإِنْقِيَادُ لَهُ باِلطَّاعَةِ وَالْبَرَاءَةُ مِنَ الشِّرْكِ وَأَهْلِهِ.
“Islam adalah berserah diri kepada Allah
dengan mentauhidkan-Nya, tunduk dan patuh kepada-Nya dengan ketaatan, dan
berlepas diri dari perbuatan syirik dan para pelakunya.”
Kedua: Apabila kata Islam disebutkan bersamaan dengan kata iman, maka yang dimaksud Islam adalah perkataan dan amal-amal lahiriyah yang dengannya terjaga diri dan hartanya , baik dia meyakini Islam atau tidak. Sedangkan kata iman berkaitan dengan amal hati.
Kedua: Apabila kata Islam disebutkan bersamaan dengan kata iman, maka yang dimaksud Islam adalah perkataan dan amal-amal lahiriyah yang dengannya terjaga diri dan hartanya , baik dia meyakini Islam atau tidak. Sedangkan kata iman berkaitan dengan amal hati.
Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla:
قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا ۖ قُل لَّمْ تُؤْمِنُوا وَلَٰكِن قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ ۖ وَإِن تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُم مِّنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Orang-orang Arab Badui berkata, ‘Kami telah
beriman.’ Katakanlah (kepada mereka), ‘Kamu belum beriman, tetapi katakanlah,
‘Kami telah tunduk (Islam),’ karena iman belum masuk ke dalam hatimu. Dan jika
kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun
(pahala) amalmu. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.’” [Al-Hujuraat:
14]
Tidak diragukan lagi bahwa prinsip agama
Islam yang wajib diketahui dan diamalkan oleh setiap muslim ada tiga, yaitu;
(1) mengenal Allah Azza wa Jalla, (2) mengenal agama Islam beserta
dalil-dalilnya [4], dan (3) mengenal Nabi-Nya, Muhammad Shallallahu 'alaihi wa
sallam. Mengenal agama Islam adalah landasan yang kedua dari prinsip agama ini
dan padanya terdapat tiga tingkatan, yaitu Islam, Iman dan Ihsan. Setiap
tingkatan mempunyai rukun sebagai berikut:
Islam memiliki lima rukun, yaitu:
1.
Bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak
diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad
Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah utusan Allah.
2.
Menegakkan shalat.
3.
Membayar zakat.
4.
Puasa di bulan Ramadhan
5.
Menunaikan haji ke Baitullah bagi yang mampu
menuju ke sana.
Kelima rukun Islam ini berdasarkan sabda Nabi
Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam ;
اْلإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ، وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ، وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً.
اْلإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ، وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ، وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً.
“Islam itu adalah engkau bersaksi bahwa tidak
ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah dan bahwa
Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, membayar zakat, berpuasa di
bulan Ramadhan dan menunaikan haji ke Baitullah jika engkau mampu menuju ke
sana.
Juga sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa
sallam :
بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ وَحَجِّ الْبَيْتِ.
“Islam dibangun atas lima hal: bersaksi bahwa
tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya
Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, membayar
zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan menunaikan haji ke Baitullah.”
3. IHSAN
Ihsan berasal dari bahasa yang artinya berbuat
baik/ kebaikan. Sedangkan menurut istilah yaitu perbuatan baik yang dilakukan
oleh seseorang dengan niat hati beribadah kepada Allah SWT.
Para ulam menggolongkan Ihsan menjadi 4
bagian yaitu:
1. Ihsan kepada Allah
2. Ihsan kepada diri sendiri
3. Ihsan kepada sesama manusia
4. Ihsan bagi sesama makhluk
Untuk menelusuri ihsan secara mendalam» maka terlebih dahulu manusia harus kembali menyadari posisinya serta mandat yang diberikan Allah SWT kepadanya sebagai khalifah Allah. Sebagai khalifah, maka hendaknya ia menjadi hamba yang setia sebagaimana tujuan penciptaannya. Begitu pula tugas di bumi, ia harus memakmurkan bumi ini. Kedua tugas tersebut tidak boleh diabaikan sebab dapat mencelakakan manusia sendiri. Allah SWT berfirman; Telah ditimpakan kehinaan (krisis) kepada mereka (manusia) di mana saja berada, kecuali bagi mereka yang baik hubungannya dengan Allah dan kepada sesama manusia.
Imam Al-Ghazali mengemukakan bahwa orang yang mau berhubungan langsung dengan Allah maka harus terlebih dahulu memperbaiki hubungannya dengan sesama manusia. Untuk mengenal Allah SWT maka sebelumnya perlu mengenal diri sendiri, karena pada diri sendiri setiap manusia ada unsur ketuhanan. Sementara cara untuk mengenal diri adalah dengan mengetahui proses kejadian manusia itu sendiri.
Tingkatan Ketiga: Ihsan
Ihsan memiliki satu rukun yaitu engkau
beribadah kepada Allah Azza wa Jalla seakan-akan engkau melihat-Nya, jika
engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu. Hal ini berdasarkan
hadits yang diriwayatkan dari ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu dalam
kisah jawaban Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Jibril Alaihissallam
ketika ia bertanya tentang ihsan, maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
menjawab:
أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ.
“Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka bila engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Allah melihatmu.”
Tidak ragu lagi, bahwa makna ihsan secara bahasa adalah memperbaiki amal dan menekuninya, serta mengikhlaskannya. Sedangkan menurut syari’at, pengertian ihsan sebagaimana penjelasan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam :
أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ.
“Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Allah melihatmu.”
Maksudnya, bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan ihsan dengan memperbaiki lahir dan batin, serta menghadirkan kedekatan Allah Azza wa Jalla, yaitu bahwasanya seakan-akan Allah berada di hadapannya dan ia melihat-Nya, dan hal itu akan mengandung konsekuensi rasa takut, cemas, juga pengagungan kepada Allah Azza wa Jalla, serta mengikhlaskan ibadah kepada Allah Azza wa Jalla dengan memperbaikinya dan mencurahkan segenap kemampuan untuk melengkapi dan menyempurnakannya
Tanda-tanda seseorang mukmin menjadi seorang
mukhsin yaitu:
1. Selalu mengingat Allah
2. Senang berbuat kebaikan
3. Meninggalkan hal-hal yang tidak berguna
4. Istiqomah
KAITAN IMAN,
ISLAM DAN IHSAN
Barang siapa
yang telah bersifat Islam, maka ia dinamakan muslim, dan siapa yang yang
bersifat Iman, maka ia dinamai orang m’umin. Dan sesungguhnya islam dan iman
itu tidak dapat dipisahkan.
Dengan
demikian, apabila seorang Islam tetapi tidak Iman, maka ia tidak akan mendapat
faedah di akhirat, walapun dhahirnya Islam. Inilah yang disebut dengan kafir zindiq dan akan berada di
dalam siksa neraka selama-lamanya. Begitu juga sebaliknya, jika seorang
ber-iman tetapi tidak Islam, maka ia tidak selamat dari siksa neraka yang amat
hebat, mereka itu bukanlah mu’min muslim
asli tetapi mu’min muslim
tabai, yang ber-iman dan ber-islam karena mengikuti kedua orang
tuanya atau nenek moyangnya.
Antara iman,
islam dan ihsan, ketiganya tak bisa dipisahkan oleh manusia di dunia ini, kalau
diibaratkan hubungan diantara ketiganya adalah seperti segitiga sama sisi yang
sisi satu dan sisi lainya berkaitan erat. Segitiga tersebut tidak akan
terbentuk kalau ketiga sisinya tidak saling mengait. Jadi manusia yang bertaqwa
harus bisa meraih dan menyeimbangkan antara iman, islam dan ihsan.
Hubungan
timbal balik antara ketiganya. Iman yang merupakan landasan awal,
bila diumpamakan sebagai pondasi dalam keberadaan suatu rumah, sedangkan islam
merupakan entitas yang berdiri diatasnya. Maka, apabila iman seseorang lemah,
maka islamnya pun akan condong, lebih lebih akan rubuh. Dalam realitanya
mungkin pelaksanaan sholat akan tersendat-sendat, sehingga tidak dilakukan pada
waktunya, atau malah mungkin tidak terdirikan. Zakat tidak tersalurkan, puasa
tak terlaksana, dan lain sebagainya. Sebaliknya, iman akan kokoh bila islam
seseorang ditegakkan. Karena iman terkadang bisa menjadi tebal, kadang pula
menjadi tipis, karena amal perbuatan yang akan mempengaruhi hati. Sedang hati
sendiri merupakan wadah bagi iman itu. Jadi, bila seseorang tekun beribadah,
rajin taqorrub, maka akan semakin tebal imannya, sebaliknya bila seseorang
berlarut-larut dalam kemaksiatan, kebal akan dosa, maka akan berdampak juga
pada tipisnya iman.
Adapun ihsan,
bisa diumpamakan sebagai hiasan rumah, bagaimana rumah tersebut bisa terlihat
mewah, terlihat indah, dan megah. Sehingga padat menarik perhatian dari banyak
pihak. Sama halnya dalam ibadah, bagaimana ibadah ini bisa mendapatkan
perhatian dari sang kholiq, sehingga dapat diterima olehnya. Tidak hanya asal
menjalankan perintah dan menjauhi larangannya saja, melainkan berusaha
bagaimana amal perbuatan itu bisa bernilai plus dihadapan-Nya. Sebagaimana yang
telah disebutkan diatas kedudukan kita hanyalah sebagai hamba, budak dari
tuhan, sebisa mungkin kita bekerja, menjalankan perintah-Nya untuk mendapatkan
perhatian dan ridlonya. Disinilah hakikat dari ihsan.
#Mustaqfirin,za