TERNYATA RASULULLOH PUN MENGADU




  Sahabat.. Kapan terakhir kali kita membuka mushaf Al Qur’an..?
Apakah kemarin atau Ramadhan yang lalu..?
Bila iya, mungkinkah kita termasuk orang yang diadukan Rasullullah Shallallahu’alaihi Wasallam?

وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَٰذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا
Berkatalah Rasul, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Quran ini suatu yang tidak diacuhkan” (QS. Al-Furqon: 30).

Itulah pengaduan Rasulullah kepada Allah azza wa jalla.

Sahabat fillah.. Berpaling dari Al-Qur’an merupakan dosa besar, Allah berfirman (yang artinya):
 “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta. Ia berkata: ” Ya Tuhanku, mengapa Engkau membangkitkan aku dalam keadaan buta, padahal sesungguhnya dahulu aku dapat melihat? “Allah berfirman, ‘Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan.’ (QS. Thoha: 124-126).

Ibnu Katsir menjelaskan, “Firman Allah ‘Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku,’ yakni barangsiapa yang menyelisihi perintah-Ku dan apa yang Aku turunkan kepada utusan-Ku, berpaling darinya dan melupakannya serta mengambil sesuatu yang lain sebagai petunjuk, maka dia akan mendapatkan kehidupan yang sempit di dunia ini. Dia tidak akan merasa tenang, tidak ada kelapangan di dadanya, bahkan dadanya akan terasa sempit dan sesak disebabkan kesesatannya. Walaupun secara lahiriah dia merasakan kenikmatan-kenikmatan (duniawi), walaupun dia bisa memakai pakaian dengan sesuka hati, bisa makan sesuai selera, dan bisa tinggal di dalam rumah sesuai keinginan. Akan tetapi, selama hatinya belum mendapatkan petunjuk, maka dia akan selalu merasakan kegundahan, kebingungan, dan keragu-raguan yang tidak ada habisnya, dan perasaan seperti ini adalah termasuk bentuk kesempitan hidup”.

Pada tafsiran ayat berikutnya beliau berkata: “Yakni sebagaimana engkau dahulu -di dunia- berpaling dari ayat-ayat Allah, serta memperlakukannya seperti orang yang enggan mengingatnya setelah Al-Quran tersebut sampai kepadamu, maka demikian pula pada hari ini Aku memperlakukanmu seperti perlakuan orang yang melupakanmu. (Sebagaimana dalam firman-Nya)

 ”Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana (dahulu di dunia) mereka melupakan perjumpaan mereka dengan hari ini.’ (QS. Al-A’raf ayat 51) (secara ringkas dari Tafsir Ibnu Katsir: 3/170).

Allah juga berfirman (yang artinya: “Barangsiapa berpaling dari al- Quran, maka sesungguhnya dia akan memikul dosa yang besar pada Hari Kiamat” (QS. Thoha: 100).

As-Si’di menjelaskan, “Hal itu karena al-Quran merupakan peringatan bagi Rasul dan umatnya sehingga wajib diterima, ditaati, dan diagungkan. Hendaknya cahaya Al-Quran tersebut dijadikan sebagai petunjuk menuju jalan yang lurus, diterima dengan mempelajari serta mengajarkannya. Adapun melakukan hal-hal yang berlawanan dengan hal di atas, baik berupa berpaling, atau yang lebih dari itu berupa pengingkaran terhadapnya, maka ini merupakan kekufuran terhadap nikmat tersebut, pelakunya pantas untuk mendapatkan azab dari Allah ta’ala. Oleh karena itu Allah mengabarkan bahwa ‘siapa saja yang berpaling darinya, tidak mengimaninya atau tidak melaksanakan perintahnya juga tidak menjauhi larangannya atau tidak mau mempelajari makna-makna yang wajib dipelajari di dalamnya, maka dia akan memikul dosa-dosanya pada hari Kiamat”.

Ibnu Taimiyah mengatakan, “Barangsiapa berpaling dari Al-Quran -walaupun dia mengimaninya-, maka dia akan merasakan siksa yang pedih pada Hari Kiamat, dan kehidupan yang sempit di dunia, di alam barzakh, dan di akhirat.” (Majmu’ Fatawa: 20/17).

Hajrul Qur’an atau berpaling dari Al Qur’an gambarannya bisa bermacam-macam. Sebagaimana dijelaskan oleh Ibnul Qoyyim. Beliau mengatakan “Meninggalkan/mengacuhkan Al-Quran itu ada bermacam-macam jenisnya.
  1. Tidak mau mendengarkan, mengimani dan memberi perhatian terhadapnya.
  2. Tidak mengamalkan isinya, tidak menghalalkan apa yang dihalalkannya, dan tidak mengharamkan apa yang diharamkannya walaupun dia membaca dan mengimaninya.
  3. Tidak mau menjadikan al-Quran sebagai sumber hukum baik dalam masalah ushul (pokok) maupun furu’ (cabang), dan berkeyakinan bahwa al-Quran tidak mendatangkan sesuatu yang meyakinkan. Dalilnya hanya bersifat lafdziyah tidak menghasilkan ilmu.
  4. Tidak mau mentadabburi dan memahami al-Quran, serta tidak mau mengetahui maksudnya.
  5. Tidak mau menjadikan al-Quran sebagai obat bagi semua penyakit hati, bahkan justru mencari obat dari selain al-Quran”.
Ditempat terpisah Ibnu Qoyyim juga berkata, “Berpaling dari al-Quran dan Sunnah merupakan bentuk kemunafikan sejati.” (Mukhtashor al-Showaiq al-Mursalah: 2/353).
Sudahkan kita membaca Al Qur’an hari ini..?
Ya Allah…
Jadikan kami Ahlul Qur’an..
Jangan masukkan kami dalam golongan orang-orang yang diadukan rasul-Mu
Amin…
Ust. Aan Chandra Thalib Lc.