JAKARTA - Masyarakat baru-baru ini dihentakkan dengan kabar kemunculan organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).
Ya, isu ini mencuat dan hangat diperbincangkan menyusul hilangnya seorang dokter bernama Rica Tri Handayani dan putranya, yang dinyatakan hilang pada 30 Desember 2015 lalu.
Berdasarkan keterangan suami Rica, dokter Aditya Akbar Wicaksono, istrinya itu pernah terlibat aktif dalam organisasi yang disebut-sebut sebagai metamorfosa dari kelompok Millah Abraham dan Al-Qiyadah Al-Islamiah, yang pahamnya menyimpan dari ajaran Islam.
Menurut penelusuran , berbagai ajaran kontroversial diterapkan dalam organisasi ini, di antaranya pengikutnya tidak dianjurkan salat lima waktu, yang notabene menjadi kewajiban umat Islam.
Selain tidak mewajibkan ibadah salat, Gafatar juga tidak mewajibkan pengikutnya melaksanakan puasa, membayar zakat dan menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah Al-Mukarromah. Mereka bahkan berpandangan, bagi siapa saja yang melaksanakan rukun Islam tersebut termasuk dalam komunitas orang kafir.
Mereka juga menganggap siapapun yang tidak tergabung dalam kelompok mereka dianggap kafir. Gerakan ini disebut-sebut hampir mirip dengan NII KW9.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku Utara (Malut), Yamin Hadad telah mengeluarkan fatwa bahwa Gafatar adalah organisasi yang sesat dan menyesatkan, sehingga berbagai kegiatannya harus segera dihentikan demi mencegah konflik yang lebih besar di masyarakat.
Pihak kepolisian melalui Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Anton Charliyan menduga organisasi Gafatar mengandalkan prinsip kasih sayang dan anti-kekerasan untuk menarik minat masyarakat agar bergabung dengan organisasi mereka.
Gafatar menawarkan berbagai keringanan dalam melaksanakan ibadah sehingga menarik bagi mereka yang enggan beribadah sesuai syariat Islam.
"Mereka (organisasi Gafatar) berdasarkan asas kasih sayang, mereka antikekerasan, mereka ingin mencari peradaban baru. Ini kedok dan agama dipermudah, dan menyatukan semua agama sehingga bagi orang yang tidak ingin ribet yang sekarang di zaman nista ini sesuatu sangat menarik," kata Anton.
Ia pun membenarkan jika mereka yang bergabung ke dalam organisasi Gafatar tidak diwajibkan melaksanakan rukun Islam sebagaimana yang diwajibkan dalam Alquran.
"Misalnya muslim, mereka (pengikut Gafatar) tidak perlu salat, puasa, yang penting orang berbuat baik, yang penting mengutamakan kasih sayang. Sehingga disebut agama yang mencari peradaban baru," ucap Anton.
Bahkan, Mabes Polri menegaskan bahwa organisasi Gafatar adalah kelompok radikal yang sangat berbahaya. Pentolan kelompok itu yakni Ahmad Musadeq saat ini tengah mendekam di LP Cipinang, Jakarta Timur.
"Makanya, saya bilang kelompok ini bahaya dan dilarang MUI salah satu gerakan mengatasnamakan agama tetapi tidak sesuai agama itu berbahaya, bukan menyerang fisik tetapi ideologi," pungkasnya.
#Okezon