Berita Islam Terkini – Sebanyak 15 orang lebih dari Front Pembela Islam (FPI) serta perwakilan Forum Umat Islam (FUI) mendatangi Kantor Kompas Media Group di Jalan Palmerah, Jakarta Pusat, Kamis, 12 Ramadhan 1437 (16/06/2016).
Mereka bertujuan melakukan audiensi terkait pemberitaan media-media Kompas soal kasus razia rumah makan di bulan Ramadhan.
Rombongan ormas Islam yang dipimpin juru bicaranya, Munarman, disambut oleh jajaran redaksi Kompas Media Group dan Direktur Komunikasi Kompas Gramedia Widi Krastawan.
Munarman menyampaikan, kedatangan pihaknya ingin meminta penjelasan dan argumentasi Kompas perihal pemberitaan berbagai medianya, yang dirasakan menyudutkan dan menyakiti perasaan umat Islam.
“Kompas tidak memberitakan pelarangan jualan hari Minggu di Papua, atau soal pecalang di Bali, misalnya. Tapi kenapa ketika (ada kasus terkait perda soal Ramadhan) di Serang, di-blow-up sedemikian rupa? Dan dengan narasumber yang tidak kompeten,” ujarnya mempertanyakan.
Ia menduga, ada maksud tertentu dari sisi pemberitaan Kompas. Pasalnya, menurut Munarman, berbagai pemberitaan media itu berujung pada stigma bahwa orang yang ibadah harus menghormati yang tidak. Bahkan orang yang tidak ikut aturan justru dijadikan bak pahlawan.
Untuk itu, ia meminta Kompas berlaku adil, proporsional, dan profesional dalam pemberitaannya.
“Kita tidak minta Anda membela Islam, karena tidak mungkin begitu. Tapi proporsional lah,” tukas Munarman.
Sementara itu, Widi Krastawan mewakili pihak Kompas menyampaikan terima kasih atas masukan dan teguran dari FPI.
“Pertemuan ini sebagai silaturahim dan saling mengingatkan dimana kami dinilai melenceng,” ucapnya.
Widi mengklaim tidak ada unsur kesengajaan atau agenda setting-an oleh Kompas dalam pemberitaan kasus razia warung makan milik Saeni di Serang, Banten.
“Ini kami tanpa bermaksud sengaja, kami belajar dan terima kasih sudah diingatkan,” dalihnya.
Seperti diketahui, banyak keluhan dan keberatan masyarakat khususnya Muslimin terkait pemberitaan Kompas yang dirasakan memojokan umat Islam, terutama terkait perda-perda yang bernuansa syariah.(hdyt/bit)
Mereka bertujuan melakukan audiensi terkait pemberitaan media-media Kompas soal kasus razia rumah makan di bulan Ramadhan.
Rombongan ormas Islam yang dipimpin juru bicaranya, Munarman, disambut oleh jajaran redaksi Kompas Media Group dan Direktur Komunikasi Kompas Gramedia Widi Krastawan.
Munarman menyampaikan, kedatangan pihaknya ingin meminta penjelasan dan argumentasi Kompas perihal pemberitaan berbagai medianya, yang dirasakan menyudutkan dan menyakiti perasaan umat Islam.
“Kompas tidak memberitakan pelarangan jualan hari Minggu di Papua, atau soal pecalang di Bali, misalnya. Tapi kenapa ketika (ada kasus terkait perda soal Ramadhan) di Serang, di-blow-up sedemikian rupa? Dan dengan narasumber yang tidak kompeten,” ujarnya mempertanyakan.
Ia menduga, ada maksud tertentu dari sisi pemberitaan Kompas. Pasalnya, menurut Munarman, berbagai pemberitaan media itu berujung pada stigma bahwa orang yang ibadah harus menghormati yang tidak. Bahkan orang yang tidak ikut aturan justru dijadikan bak pahlawan.
Untuk itu, ia meminta Kompas berlaku adil, proporsional, dan profesional dalam pemberitaannya.
“Kita tidak minta Anda membela Islam, karena tidak mungkin begitu. Tapi proporsional lah,” tukas Munarman.
Sementara itu, Widi Krastawan mewakili pihak Kompas menyampaikan terima kasih atas masukan dan teguran dari FPI.
“Pertemuan ini sebagai silaturahim dan saling mengingatkan dimana kami dinilai melenceng,” ucapnya.
Widi mengklaim tidak ada unsur kesengajaan atau agenda setting-an oleh Kompas dalam pemberitaan kasus razia warung makan milik Saeni di Serang, Banten.
“Ini kami tanpa bermaksud sengaja, kami belajar dan terima kasih sudah diingatkan,” dalihnya.
Seperti diketahui, banyak keluhan dan keberatan masyarakat khususnya Muslimin terkait pemberitaan Kompas yang dirasakan memojokan umat Islam, terutama terkait perda-perda yang bernuansa syariah.(hdyt/bit)