HIJRAH ADALAH BENTUK EKSPEDISI KEHIDUPAN SEORANG MUKMIN






 Tanpa terasa 36 tahun sudah kita memasuki abad ke-14 Hijrah. Saat memasuki tahun 1400, saya sempat diliputi euphoria bahwa inilah saatnya bagi kaum Muslimin untuk menyaksikan abad kebangkitan Islam. Namun setelah 3 dasawarsa berlalu, ternyata kita masih harus bersabar, karena ummat Islam masih dalam kondisi terpuruk di berbagai bidang baik dari sisi ekonomi, sosial, maupun teknologi.

Ketika Rasulullah saw mengajarkan al Islam, ajakannya hanya diikuti beberapa gelintir manusia yang menginginkan kebenaran hakiki. Saat itu ummat Islam tidak bisa menjalankan ibadahnya dengan sempurna karena harus mendapat rongrongann dan siksaan dari kafir Makah. Tidak banyak yang bisa dilakukan ummat Islam kecuali bersabar menunggu pertolongan Allah tanpa melakukan perlawanan yang berarti dan terkonsoliasi.
Kekuatan, kedaulatan dan kemandirian Islam sebagai suatu ummah muncul pasca Rasulullah dan para pengikutnya melaksanakan Hijrah ke Madinah. Dengan demikian peristiwa Hijrah menjadi milestone penting dalam sejarah ummah Islam dari kondisi lemah menjadi kondisi berdaulat.
Sedemikian pentingnya makna Hijrah sehingga banyak ayat yang membahas tentang Hijrah baik sebagai peristiwa sejarah maupun sebagai suatu tahapan dalam episode kehidupan seseorang. Hijrah adalah bagian tahapan episode kehidupan yang menjembatani antara Iman dan jihad dalam mencapai kemenangan yang gilang gemilang.
Hijrah dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang:
·  Meninggalkan suatu tempat ke tempat lain untuk mencari kebebasan dalam menjalankan aturan Allah.
·  Berpindah dari satu medan juang yang sempit ke gelanggang yang lebih luas yang memberikan harapan masa depan yang lebih baik sebagai bagian dari strategi perjuangan.
·  Meninggalkan sesuatu yang buruk menuju kepada kehidupan yang lebih baik.
·  Pindah dari sesuatu yang tidak islami kepada sesuatu yang Islami.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Al-Baqarah: 218)
Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat) yang mulia. (Al-Anfal:72,74)
Kedudukan Hijrah dalam Islam
Hijrah Merupakan simbol iman sejati, bahwa seorang yang berhijrah berarti telah mengikrarkan diri dengan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, sedangkan aplikasi dari keimanan tersebut adalah siap dan rela meninggalkan segala sesuatu yang akan terjadi demi mempertahankan akidah yang diyakini.
Hijrah merupakan ujian dan cobaan, karena setiap orang yang hidup pasti akan mendapatkan suatu cobaan, terutama bagi orang yang beriman, sebesar apa keimanan seseorang maka sebesar itu pula cobaan, ujian dan fitnah yang akan dihadapi. Meninggalkan harta, keluarga, sanak famili dan tanah air merupakan cobaan yang sangat berat, apalagi tempat yang dituju masih mengambang, sangat tidak bisa dibayangkan akan kerasnya ujian dan cobaan yang dihadapi saat manusia sudah mengikrarkan diri sebagai hamba Allah.
Dan sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah sesudah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan sabar; sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (16:10)
Hijrah sama derajatnya dengan jihad, karena hijrah merupakan salah satu cara mempertahankan akidah dan kehormatan diri maka Allah SWT mensejajarkannya dengan jihad dijalan-Nya yang tentunya ganjarannya pun akan sama dengan jihad.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikit pun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
Makna Hijrah
Hijrah adalah Langkah strategis membangun basis kekuatan fisik dan psikologis yang akan Menciptakan Furqanisasi antara Mukmin dan Kafir. Hijrah Menandai tumbuhnya negara berdaulat yang mampu melindungi Islam dari kaum Kafir untuk beribadah dengan lebih bebas dan menunjukkan kemampuan Islam untuk menyatukan semua umat walaupun berbeda keturunan dan agama sekalipun.
“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah untuk membela Islam dan orang-orang yang Ansar yang memberi tempat kediaman dan pertolongan kepada orang-orang Islam yang berhijrah itu, merekalah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka beroleh keampunan dan limpah kurnia yang mulia,” (al-Anfal: 74).
Hijrah Rasulullah bukan sekedar kegiatan sporadis namun merupakan langkah strategis yang telah disiapkan Rasulullah dengan matang dengan melalui berbagai persiapan sebagai berikut:
·  Melakukan Perjanjian Aqobah dengan penduduk Madinah, untuk meyakini adanya kelompok dan tempat hijrah yang akan mendukung perjuangan dan menjadi pengikut setia Rasulullah.
·  Para Sahabat pergi dahulu berhijrah, rasulullah saw yang terakhir, hal ini menyebabkan Musuh-musuh memusatkan perhatian kepada Rasulullah sehingga sahabat yang hijrah tidak terlalu diperhatikan sekaligus Menunjukkan kualitas Kepemimpinan Rasulullah SAW.
·  Pengaturan Route Hijrah untuk mengecoh orang Kafir: Rasulullah mengambil route ke arah selatan Mekah bukannya ke Utara sebagaimana biasa, sehingga menimbulkan perpecahan di kalangan musuh terkait arah yang diambil oleh nabi.
·  Pengaturan Sumber daya Pendukung. Diatur Siapa yang tidur di tempat tidur nabi (Ali Bin Abi Thalib), siapa yang menjadi pemandu (Abdullah Uraikit), siapa akan membawakan logistik (Asma’), siapa yang menjadi intel (Abbas). Peranan remaja (Ali bin Abu Talib dan Asma’ binti Abu Bakar) membuktikan bahwa remaja adalah aset yang mampu menyumbang kebangkitan Islam. Peranan non muslim Abdullah bin Uraiqit sebagai pemandu jalan membuktikan Islam tidaklah memusuhi semua orang-orang bukan Islam.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Hijrah
Beberapa nilai yang terkandung dalam perintah hijrah antara lain:
·  Iman dan Keyakinan terhadap perintah Allah.
Tanpa ada keimanan yang tinggi terhadap perintah Allah, rasanya berat sekali melaksanakan hijrah karena harus meninggalkan semua kemapanan yang sudah dimiliki di Makah menuju Madinah yang masih belum jelas masa depannya.
·  Pengorbanan & Keikhlasan meninggalkan sanak keluarga dan harta
Seorang Mukmin yang hijrah harus ikhlas meninggalkan sanak keluarga dan harta yang ditinggalkan di Makah.
·  Ketahanan terhadap penderitaan selama dalam perjalanan dan menghadapi siksaan kaum kafir.
Keberanian menghadapi situasi tidak jelas di tempat yang baru.
Seorang Muhajir harus siap menghadapi penderitaan selama berjalan sejauh kurang lebih 600 Km dalam medan padang pasir yang keras dan ganas, sementara tempat yang baru di Madinah belum jelas.
·  Kebijaksanaan, perencanaan dan strategi.
Di antara Kafir Quraisy yang selalu mengancam dengan intimidasi dan kekerasan, Hijrah mustahil dilaksanakan tanpa strategi yang jitu.
·  Kekentalan ukhuwah antara Muhajirin dan Anshar
Seorang Muhajirin Dari Makah yang sampai di Madinah tidak mungkin bisa bertahan hidup tanpa ada bantuan dari kaum Anshar di Madinah yang menyediakan segala kebutuhan hidup dan berbagai banyak hal .
·  Usaha, doa dan tawakal.
Hijrah menunjukkan bahwa perjuangan perlu diiringi dengan usaha, doa dan tawakal.
Ganjaran bagi orang yang berhijrah
Bagi orang-orang yang berhijrah Allah menjanjikan ganjaran baik di dunia maupun di akhirat sebagai berikut :
·  Rezki yang berlimpah di dunia (An-Nisa: 100) (Al-Anfal:79)
·  Kesalahan dihapus dan dosa diampuni (Ali Imran: 195)
·  Derajatnya ditinggikan oleh Allah (At-Taubah: 20)
·  Kemenangan yang besar (At-Taubah: 20, 100)
·  Tempat kembalinya adalah surga (At-Taubah: 20-22)
·  Mendapatkan ridha dari Allah (At-Taubah: 100)
Yang lebih utama adalah : mendapatkan ridha dari Allah, sehingga dengan ridha Allah dimana dan ke manapun orang yang diridhai itu berada dan pergi maka Allah akan selalu berada di sisinya, kehidupannya akan terjamin, dan yang lebih utama mendapat kenikmatan yang besar yaitu dapat melihat Allah di akhirat kelak.
Memaknai Hijrah dalam Kekinian
Hijrah masih sangat relevan diterapkan dalam kekinian sebagai suatu sikap dan tahapan dan menghadapi kehidupan. Beberapa hikmah yang dapat diambil dalam konteks memasuki Tahun Baru Hijrah antara lain:
·  Melakukan Refleksi & Introspeksi terhadap langkah yang telah dilakukan sekaligus saat untuk Pasang semangat baru untuk memulai tahun baru Hijrah dengan nilai keimanan yang lebih baik.
·  Saat untuk memPerbaharui azam dalam mengikuti jejak perjuangan dan pengorbanan Rasulullah beserta sahabatnya yang tidak mendahulukan dunia, melainkan mengorbankan dunia untuk kepentingan akhirat.
·  Bawa spirit hijrah ke segala lapangan kehidupan dan kemasyarakatan, dengan meninggalkan masa lalu yang kurang baik menuju hari esok yang penuh ketaatan kepada Allah.
·  Agar berhasil dalam melangkah di kehidupan maka Lakukan perencanaan yang baik , pelaksanaan yang baik serta dukungan dari semua pihak, lengkapi dengan menggantungkan harapan kepada Allah SWT.
·  Jangan mengekalkan budaya kerja yang tidak teratur dan tanpa perencanaan sehingga pelaksanaannya pun main ‘cincai’ dan tidak memikirkan aspek jangka panjang.
·  Jangan menyandarkan semua usaha di atas kepandaian diri dengan melupakan kuasa Allah SWT penentu segala.

OLEH KANG BAYAN