TANGGAPAN TERHADAP SAID AGIL SIRAJ YANG BERKELIT DALAM MASALAH JENGGOT





Allah Ta'ala berfirman:

ﻭَﻟَﺌِﻦ ﺳَﺄَﻟْﺘَﻬُﻢْ ﻟَﻴَﻘُﻮﻟُﻦَّ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻛُﻨَّﺎ ﻧَﺨُﻮﺽُ ﻭَﻧَﻠْﻌَﺐُ ﻗُﻞْ ﺃَﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺁﻳَﺎﺗِﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟِﻪِ ﻛُﻨﺘُﻢْ ﺗَﺴْﺘَﻬْﺰِﺅُﻭﻥَ. ﻻَ ﺗَﻌْﺘَﺬِﺭُﻭﺍْ ﻗَﺪْ ﻛَﻔَﺮْﺗُﻢ ﺑَﻌْﺪَ ﺇِﻳﻤَﺎﻧِﻜُﻢْ ﺇِﻥ ﻧَّﻌْﻒُ ﻋَﻦ ﻃَﺂﺋِﻔَﺔٍ ﻣِّﻨﻜُﻢْ ﻧُﻌَﺬِّﺏْ ﻃَﺂﺋِﻔَﺔً ﺑِﺄَﻧَّﻬُﻢْ ﻛَﺎﻧُﻮﺍْ ﻣُﺠْﺮِﻣِﻴﻦَ.

Dan jika engkau tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: "Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: “Apakah terhadap Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kalian suka mengolok-olok?” Tidak usah kalian mencari-cari alasan, karena kalian kafir sesudah beriman. Jika Kami mema’afkan segolongan dari kalian (yang bertaubat dengan jujur), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) di sebabkan mereka adalah orang-orang yang suka berbuat dosa.” (QS. at-Taubah: 65-66)

Asy-Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata:

"Pada kisah ini terdapat beberapa faedah yang besar:

1⃣ Faedah Pertama: Siapa saja yang mengolok-olok Allah atau Rasul-Nya atau al-Qur'an, maka dia murtad dari Islam dengan kemurtadan yang bertentangan dengan tauhid. Dan ini merupakan sisi hubungan diletakkannya bab ini oleh penulis (Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dalam Kitabut Tauhid -pent). Yaitu bahwa siapa saja yang mengolok-olok Allah atau Rasul-Nya atau al-Qur'an, atau merendahkan sedikit saja dari semua itu, maka dia murtad dari agama Islam dengan kemurtadan yang melenyapkan tauhid dan mengeluarkan dari agama Islam. Karena sebelumnya mereka beriman, lalu mereka menjadi murtad dengan sebab ucapan ini. Hal ini dalilnya adalah firman Allah Ta'ala:

ﻗَﺪْ ﻛَﻔَﺮْﺗُﻢ ﺑَﻌْﺪَ ﺇِﻳﻤَﺎﻧِﻜُﻢ.

"Kalian telah kafir setelah keimanan kalian."

2⃣ Faedah Kedua: Pembatal-pembatal keislaman padanya tidak ditoleransi sikap main-main dan bercanda, sama saja apakah hal itu dilakukan dengan serius atau hanya bergurau. Bahkan hal itu dihukumi sebagai kemurtadan dan sikap keluar dari agama Islam. Karena mereka mengaku bahwa mereka hanya bergurau, namun Allah Jalla wa Ala tetap tidak menerima alasan mereka, karena ini bukan tempatnya untuk bermain-main dan bukan pula tempatnya untuk bergurau.

📚 I'anatul Mustafid, terbitan Mu'sassah ar-Risalah, II/265-266