JANGAN TAKUT HADAPI SEMBILAN NAGA AHOK, KARENA KITA PUNYA SEMBILAN WALI

BAKAL Calon Gubernur DKI Jakarta Muhamad Idrus mengaku tak gentar menghadapi kekuatan dari para pesaingnya. Termasuk dari calon incumbent Basuki Tjahaja Purnama.

“Kalau Pak Ahok punya dukungan dari pengusaha besar yang tergabung dalam sembilan naga, maka saya punya dukungan dari sembilan wali,” ujar Idrus dalam keterangan pers kepada Islampos, Selasa (15/3/2016).

Idrus yang lahir dan besar di wilayah Tanjung Priok, Jakarta Utara ini meyakini untuk tidak takut mengejar mimpi.

“Semuanya berawal dari mimpi. Jadi jangan pernah takut bermimpi. Saya berniat maju sebagai gubernur, juga didasari impian untuk melihat Jakarta ini menjadi kota yang jauh lebih baik lagi di masa mendatang,” katanya.

Idrus mengungkapkan, dalam waktu dekat dirinya akan melakukan ziarah ke petilasan Wali songo. Selain sebagai bentuk penghormatan, kepada para pembawa ajaran Islam di Nusantara, ia juga ingin mengikuti semangat dari perjuangan para pendahulu tersebut.

“Saya ingin dalam berjuang sebagai bakal calon gubernur ini, saya memiliki semangat seperti para wali yang selalu bersungguh-sungguh dalam melakukan siar agama,” tutur Ketua Lembaga Ekonomi PW Nahdatul Ulama (NU) DKI Jakarta.

Idrus yang masuk jajaran bakal cagub DKI dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), ini mulai menggerakkan ribuan relawan di Jakarta.

“100.000 relawan Jakarta Keren sudah siap. Mereka turun menyapa warga DKI dengan cara yang kreatif, baik dan ramah,” jelas Idrus.

Idrus pun telah membekali para relawan. Pembekalan digelar di Senen, Sabtu (5/3) lalu. Idrus meminta para relawan masuk ke masyarakat, karena Pilgub DKI benar-benar tidak bisa diprediksi.

“Sejarah membuktikan bahwa siapa yang jadi gubernur Jakarta itu seperti kejutan,” kata Muhamad Idrus.

Ketua Tim Jakarta Keren M Hadi Nainggolan berpesan kepada para relawan untuk bergerak dengan cara yang kreatif, mengunggah, dan penuh empati serta tidak menyakiti siapa pun, apalagi mencela orang lain.

Terkait dengan peluang Muhamad Idrus dalam Pilgub DKI Jakarta 2017, M Hadi Nainggolan menegaskan bahwa konstelasi politik di Jakarta itu selalu berubah.

“Kalau kita mau melihat sejarah, Pemilu 1999 Jakarta dikuasai oleh PDIP, Pemilu 2004 Jakarta dikuasai oleh PKS, Pemilu 2009 Demokrat, dan terakhir Pemilu 2014 PDIP,” katanya.

“Siapa pun yang ingin menaklukkan Jakarta ia harus mampu memenuhi tiga syarat. Pertama, siapa yang bisa menciptakan tren dan tren itu menjadi gaya hidup yang dilakoni oleh semua orang. Kedua, siapa yang bisa menguasai dan menggerakkan anak muda beserta komunitasnya. Dan ketiga, siapa yang bisa merebut hati kaum yang termarjinalkan, yaitu mereka yang tinggal di pinggiran, daerah kumuh, kaum lemah, dan tertindas,” tukasnya. [Ip]