Khutbah ini disampaikan pada 9
Dzulhijjah, Tahun 10 Hijriah di Lembah Uranah, Gunung Arafah;
Dari Jarir ra:
“Sungguh Nabi S.A.W. bersabda
padanya, pada Haji Wada’ (Haji perpisahan/haji Nabi saw yang terakhir). Simaklah
dengan baik wahai orang-orang, lalu beliau bersabda: “Jangan kalian kembali
kepada kekufuran setelah aku wafat, saling bunuh dan memerangi satu sama lain”
(Shahih Bukhari)
Haji Wada’ dikenal juga dengan nama Haji Perpisahan Nabi Muhammad S.A.W. Beliau mengumumkan niatnya pada 25 Dzulqaidah 10 H atau setahun sebelum beliau wafat. Dari sekian banyak hikmah dari Haji Wada’ ini adalah pesan kemanusiaan yang terungkap dari khutbah beliau.
Pada hari kedelapan Zulhijjah,
yaitu Hari Tarwia, Nabi Muhammad S.A.W. pergi ke Mina. Selama sehari itu sambil
melakukan kewajiban salat ia tinggal dalam kemahnya itu. Begitu juga malamnya,
sampai pada waktu fajar menyingsing pada hari haji. Selesai salat subuh, dengan
menunggang untanya al-Qashwa’ tatkala matahari mulai tersembul ia menuju arah
ke gunung ‘Arafat. Arus-manusia dari belakang mengikutinya. Bilamana ia sudah
mendaki gunung itu dengan dikelilingi oleh ribuan kaum Muslimin yang mengikuti
perjalanannya - ada yang mengucapkan talbiah, ada yang bertakbir, sambil ia
mendengarkan mereka itu, dan membiarkan mereka masing-masing.
Di Namira, sebuah desa sebelah timur ‘Arafat, telah pula dipasang sebuah kemah buat Nabi, atas permintaannya. Bila matahari sudah tergelincir, dimintanya untanya al-Qashwa, dan ia berangkat lagi sampai di perut wadi di bilangan ‘Urana. Di tempat itulah manusia dipanggilnya, sambil ia masih di atas unta, dengan suara lantang; tapi sungguhpun begitu masih diulang oleh Rabi’a bin Umayya bin Khalaf. Setelah mengucapkan syukur dan puji kepada Allah dengan berhenti pada setiap anak kalimat ia berkata
Di Namira, sebuah desa sebelah timur ‘Arafat, telah pula dipasang sebuah kemah buat Nabi, atas permintaannya. Bila matahari sudah tergelincir, dimintanya untanya al-Qashwa, dan ia berangkat lagi sampai di perut wadi di bilangan ‘Urana. Di tempat itulah manusia dipanggilnya, sambil ia masih di atas unta, dengan suara lantang; tapi sungguhpun begitu masih diulang oleh Rabi’a bin Umayya bin Khalaf. Setelah mengucapkan syukur dan puji kepada Allah dengan berhenti pada setiap anak kalimat ia berkata
Suasana di Padang Arafah ketika
musim Haji Di Arafah, segala puji kepada Allah dan shalawat bergema ketika
Rasulullah berdiri untuk memulai khutbah.
Wahai Manusia, dengarlah
baik-baik apa yang hendak ku katakan.Aku tidak mengetahui apakah aku dapat
bertemu lagi dengan kamu semua selepas tahun ini. Oleh itu dengarlah dengan
seksama kata-kataku dan sampaikanlah kepada orang-orang yang tidak dapat hadir
disini pada hari ini.
Wahai manusia, sebagaimana kamu
menganggap bulan ini dan kota
ini sebagai suci, maka anggaplah jiwa
dan harta setiap orang Muslim sebagai suci. Kembalikan harta yang diamanahkan
kepada kamu kepada pemiliknya yang berhak. Janganlah kamu sakiti sesiapa pun
agar orang lain tidak menyakiti kamu lagi.Ingatlah bahawa sesungguhnya kamu
akan menemui Tuhan kamu dan Dia pasti membuat perhitungan diatas segala amalan
kamu. Allah telah mengharamkan riba,oleh itu segala urusan yang melibatkan riba
dibatalkan mulai sekarang. Berwaspadalah terhadap syaitan demi keselamatan
agama kamu. Dan dia telah berputus asa untuk menyesatkan kamu dalam
perkara-perkara besar, maka berjaga-jagalah supaya kamu tidak mengikuti nya
dalam perkara-perkara kecil.
Wahai manusia,sebagaimana kamu
mempunyai hak keatas isteri kamu, mereka juga mempunyai hak di atas
kamu.Sekiranya mereka menyempurnakan hak mereka ke atas kamu maka mereka juga
berhak untuk diberi makan dan pakaian dalam suasana kasih sayang. Layanilah
wanita-wanita kamu dengan baik, berlemah-lembutlah terhadap mereka kerana
sesungguhnya mereka adalah teman dan pembantu yang setia. Dan hak kamu atas
mereka ialah mereka sama sekali tidak boleh memasukkan orang yang kamu tidak
sukai ke dalam rumah kamu dan dilarang melakukan zina.
Wahai manusia ,dengarlah bersungguh-sungguh
kata-kata ku ini, sembahlah Allah, dirikanlah solat lima kali sehari, berpuasalah di bulan
Ramadan dan tunaikanlah zakat dari harta kekayaan kamu.Kerjakanlah ibadat Haji
sekiranya kamu mampu. Ketahuilah bahwa setiap Muslim adalah bersaudara kepada
Muslim yang lain. Kamu semua adalah sama, tidak seorang pun yang lebih mulia
dari yang lainnya kecuali dalam Taqwa dan beramal soleh.
Ingatlah, bahwa kamu akan menghadap Allah pada suatu hari untuk dipertanggungjawabkan di atas segala apa yang telah kamu kerjakan. Oleh karena itu awasilah agar jangan sekali-kali terkeluar dari landasan kebenaran selepas ketiadaanku.
Ingatlah, bahwa kamu akan menghadap Allah pada suatu hari untuk dipertanggungjawabkan di atas segala apa yang telah kamu kerjakan. Oleh karena itu awasilah agar jangan sekali-kali terkeluar dari landasan kebenaran selepas ketiadaanku.
Wahai manusia, tidak ada lagi
Nabi atau Rasul yang akan datang selepasku dan tidak akan lahir agama baru.
Oleh itu wahai manusia, nilailah dengan betul dan pahamilah kata-kataku yang
telah aku sampaikan kepada kamu. Sesumgguhnya aku tinggalkan kepada kamu dua
perkara, yang sekiranya kamu berpegang teguh dan mengikuti kedua-duanya,
niscaya kamu tidak akan tersesat selama-lamanya. Itulah Al-Quran dan Sunnahku.
Hendaklah orang-orang yang
mendengar ucapanku menyampaikan pula kepada orang lain. Semoga yang terakhir
lebih memahami kata-kataku dari mereka yang terus mendengar dariku. Saksikanlah
Ya Allah bahawasanya telah aku sampaikan risalah-Mu kepada hamba-hamba-Mu.
“Ya Allah! Sudahkah kusampaikan?”
Sementara Nabi mengucapkan itu Rabi’a mengulanginya kalimat demi kalimat, sambil meminta kepada orang banyak itu menjaganya dengan penuh kesadaran. Nabi juga menugaskan dia supaya menanyai mereka misalnya: Rasulullah bertanya “hari apakah ini? Mereka menjawab: Hari Haji Akbar! Nabi bertanya lagi: “Katakan kepada mereka, bahwa darah dan harta kamu oleh Tuhan disucikan, seperti hari ini yang suci, sampai datang masanya kamu sekalian bertemu Tuhan.”
Setelah sampai pada penutup kata-katanya itu ia berkata lagi:
“Ya Allah! Sudahkah kusampaikan?!”
Maka serentak dari segenap penjuru orang menjawab: “Ya!”
Lalu katanya: “Ya Allah, saksikanlah ini!”
Sementara Nabi mengucapkan itu Rabi’a mengulanginya kalimat demi kalimat, sambil meminta kepada orang banyak itu menjaganya dengan penuh kesadaran. Nabi juga menugaskan dia supaya menanyai mereka misalnya: Rasulullah bertanya “hari apakah ini? Mereka menjawab: Hari Haji Akbar! Nabi bertanya lagi: “Katakan kepada mereka, bahwa darah dan harta kamu oleh Tuhan disucikan, seperti hari ini yang suci, sampai datang masanya kamu sekalian bertemu Tuhan.”
Setelah sampai pada penutup kata-katanya itu ia berkata lagi:
“Ya Allah! Sudahkah kusampaikan?!”
Maka serentak dari segenap penjuru orang menjawab: “Ya!”
Lalu katanya: “Ya Allah, saksikanlah ini!”
Selesai Nabi mengucapkan pidato ia turun dari al-Qashwa’ - untanya itu. Ia masih di tempat itu juga sampai pada waktu sembahyang lohor dan asar. Kemudian menaiki kembali untanya menuju Shakharat.
Pada saat itulah turun wahyu yang
terakhir kepada Nabi Muhammad S.A.W. :
Firman Allah SWT :
“Hari ini telah Aku sempurnakan
bagimu agamamu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku atas kamu, dan Aku Ridho Islam
menjadi agama bagimu.”
(QS. Al-Maidah : 3).
Abu Bakar ketika mendengarkan
ayat itu ia menangis, ia merasa, bahwa risalah Nabi sudah selesai dan sudah
dekat pula saatnya Nabi hendak menghadap Allah.
Dengan selesainya ibadah haji ini, ada orang yang menamakannya ‘Ibadah haji perpisahan’ yang lain menyebutkan ‘ibadah haji penyampaian’ ada lagi yang mengatakan ‘ibadah haji Islam. Nama-nama itu memang benar semua. Disebut ‘ibadah haji perpisahan’ karena ini yang penghabisan kali Nabi Muhammad S.A.W. melihat Mekah dan Ka’bah. Dengan ‘ibadah haji Islam,’ karena Allah telah menyempurnakan agama ini kepada umat manusia dan mencukupkan pula nikmatNya. ‘Ibadah haji penyampaian’ berarti Nabi telah menyampaikan kepada umat manusia apa yang telah diperintahkan Tuhan kepadanya. Tiada lain Muhammad hanya memberi peringatan dan pembawa berita gembira kepada orang-orang beriman.
Dengan selesainya ibadah haji ini, ada orang yang menamakannya ‘Ibadah haji perpisahan’ yang lain menyebutkan ‘ibadah haji penyampaian’ ada lagi yang mengatakan ‘ibadah haji Islam. Nama-nama itu memang benar semua. Disebut ‘ibadah haji perpisahan’ karena ini yang penghabisan kali Nabi Muhammad S.A.W. melihat Mekah dan Ka’bah. Dengan ‘ibadah haji Islam,’ karena Allah telah menyempurnakan agama ini kepada umat manusia dan mencukupkan pula nikmatNya. ‘Ibadah haji penyampaian’ berarti Nabi telah menyampaikan kepada umat manusia apa yang telah diperintahkan Tuhan kepadanya. Tiada lain Muhammad hanya memberi peringatan dan pembawa berita gembira kepada orang-orang beriman.
Setelah meninggalkan Arafat malam
itu Nabi bermalam di Muzdalifa. Pagi-pagi ia bangun dan turun ke
Masy’ar’l-Haram. Kemudian ia pergi ke Mina dan dalam perjalanan itu ia
melemparkan batu-batu kerikil. Bila sudah sampai di kemah ia menyembelih 63
ekor unta, setiap seekor unta untuk satu tahun umurnya, dan yang selebihnya
dari jumlah seratus ekor unta kurban yang dibawa Nabi sewaktu keluar dari
Medinah - disembelih oleh Ali. Kemudian Nabi mencukur rambut dan menyelesaikan
ibadah hajinya.
(Khutbah ini disampaikan oleh
Rasulullah S.A.W pada 9 Zulhijjah Tahun 10 Hijrah di Lembah Uranah, Gunung
Arafah.)
Sumber: Buletin Q-Bil