Mantan kepala Angkatan Bersenjata Inggris menyalahkan Perdana Menteri David Cameron akan kebangkitan Islamic State (IS), ungkap Daily Mail, Sabtu, 29/8/2015.
Kepala Staf Pertahanan Inggris, Jenderal Sir David Richards, mengatakan bahwa Cameron seharusnya menggunakan kekuatan militer yang besar untuk membasmi IS, di awal ia muncul sebagai ancaman.
Pernyataan Jendral Sir David Richards ini dikutip dalam biografi Cameron yang ditulis oleh penulis biografi politik Sir Anthony Seldon.
Dalam biografi tersebut Seldon mengungkapkan beberapa perbedaan pendapat antara Cameron dengan Sir David Richards tentang kondisi yang terjadi di Libya dan Suriah. Salah satunya adalah tentang kebijakan Cameron yang dipandang sangat lemah dalam menangani teroris.
Ketika diwawancarai oleh Seldon untuk buku biografi tersebut, secara umum Richards mengkritik Cameron. Perdana menteri ini dinilai gagal melakukan aksi militer yang lebih keras terhadap IS saat krisis Suriah meletus pada tahun 2012.
"Jika mereka melakukan usulan saya, tidak mungkin muncul kekuatan IS yang membahayakan keamanan global”, ungkap Richards kepada penulis biografi tersebut.
"Di Ukraina, Suriah dan Libya, strategi Inggris tidak jelas dalam menghadapi IS. Masalahnya terletak pada ketidak mampuan untuk memikirkan segala kekacauan yang terjadi di Suriah dan Libya,” tambah Richards.
Pada awal 2011, NATO menyatakan akan melakukan pemboman terhadap sasaran-sasaran militer dari rezim diktator Libya Muammar Qaddafi, membantu pemberontak di basis-basis mereka.
Pada saat itu, Cameron memuji kampanye udara sebagai satu keberhasilan, mengatakan dia "bangga" akan peran Inggris. Tapi penggulingan Qaddafi dan pembunuhan oleh para pejuang terhadap Qaddafi, penguasa yang menjadi produsen minyak Afrika Utara telah menimbulkan kekacauan, sampai hari, dan bahkan kecenderungan ISIS telah menguasai hampir sebagian besar wilayah Libya.
Cameron ikut bertanggungjawab akan tumbuhnya radikalisme Islam di Inggris yang disebut sebagai "perjuangan generasi kita." Istilah ini sekarang menjadi propagandis IS, yang dianggapnya sangat berbahaya baik sebagai ancaman lokal internasional.
Bulan lalu saat kunjungan ke Indonesia, Cameron mengklaim bahwa Inggris ikut mencegah bangkitnya kekuatan radikal, dalam koalisi yang dipimpin AS untuk menghancurkan kelompok militan.
Nyatanya semua itu hanya isapan jempol.Cameron tidak dapat menghambat IS dan kekuatan radikal lainnya. Mereka terus berkembang melawan hegemoni dan kejahatan Barat.
Menurut perkiraan analis keamanan Soufan Group yang berpusat di AS, setidaknya ada 700 pejuang Inggris di Irak dan Suriah – dan lebih 100 pemuda Inggris diyakini berjuang untuk IS di Irak dan Suriah. Jumlah ini terus meningkat bersamaan dengan banyaknya umat Muslim yang hijrah menuju wilayah konflik di Suriah dan Irak.#voa-islam.com