KALANGAN akademisi Israel mengungkap fakta baru tentang meninggkatnya kekhawatiran yang dialami warga Israel menyusul kondisi keamanan yang tambah kacau. Terutama apa yang mereka takuti dari operasi intifadhah Palestina. Demikian dilansir Pusat Informasi Palestina, Sabtu (7/11).
Berdasarkan hasil penelitian Akademi Tel Hai terungkap, jumlah warga Israel yang mengalami trauma hingga histeris meningkat tajam, dibanding dengan empat bulan sebelumnya, sebelum operasi intifadhah digelorakan olah para pemuda Palestina.
Profesor Shaol Kemhi, Profesor Yohanan Ashel dan Profesor Muli Lahid dari Fakultas Ilmu Jiwa di akademi tersebut menyebutkan, berdasarkan hasil penelitan disimpulkan kondisi keamanan terakhir atau aksi-aksi terorisme yang terjadi di kalangan masyarakat Israel menyebabkan mereka histeris dan traumatic.
Berdasarkan data terdapat peningkatan yang cukup mengkhawatirkan, terkait perasaan terancam dari kalangan masyarakat Israel menyusul aksi penusukan yang dilakukan para pemuda Palestina.
Sementara itu, menurut Koran Yedeot Aharonot dalam sisipan pekananya menyebutkan, dibanding dengan empat bulan sebelumnya, ada perbedan yang mencolok terkait jumlah warga yang ketakutan akibat kondisi keamanan.
Pada bulan Juli lalu, jumlah warga yang menyatakan ketakutanya menyusul kondisi keamananya mencapai satu juta jiwa. Kini warga yang mengatakan hal tersebut mencapai 1,5 juta jiwa. Sementara lebih dari setengah juta jiwa mengungkapkan kekhawatiran yang mendalam atas kondisi negaranya.
Sementara itu, lebih dari 126 ribu Israel masih sangat ketakutan. Mereka bahkan pada mengunjungi psikiater untuk memeriksakan kondisi kejiwaan mereka. Mereka merasakan tertekan stress, kehilangan kemampuan bekerja serta perubahan kondisi kejiwaan yang tiba-tiba berubah.
Walau warga Israel yang mengalami dampak langsung dari operasi perlawanan relatif sediikit, namun 1,8 % rakyat Israel hidup dalam ketakutan dan jumlahnya terus meningkat. [rn/Islampos]