PERANG Suriah membuka tabir penindasan yang dialami umat Islam di Suriah. Sejatinya, perang Suriah bukanlah perang saudara, tapi perang antara masyarakat yang hendak mempertahankan akidah Islam dengan rezim yang ingin menghancurkan iman.
“Perang di Suriah bukanlah perang sesama mukmin, tapi perang antara golongan yang mencintai Al Qur’an dengan yang melecehkan Al Qur’an, antara golongan yang memakmurkan Masjid dengan tentara-tentara yang menghancurkan Masjid,” kata Muhammad Pizaro dalam bedah buku Zionis dan Syiah Bersatu Hantam Islam di Masjid Istiqomah, Balikpapan, Ahad (4/5/2014).
Muhammad Pizaro menceritakan pengalamannya selama melakukan liputan krisis Suriah bersama tim Jurnalis Islam Bersatu (JITU). Dalam berbagai kesempatan, banyak ditemui masjid dan Al Qur’an hancur.
“Kami sempat mengunjungi Masjid Saad bin Abi Waqqash. Masjid ini dibom tiga kali oleh rezim Bashar saat kaum muslimin sedang mendirikan Shalat Jum’at,” ujarnya dalam bedah buku yang dihadiri ribuan masyarakat dari Balikpapan, Samarinda, Tenggarong, dan kota-kota Kaltim lainnya.
Pizaro menerangkan salah satu kebiasaan para ulama Suriah adalah menamakan masjid mereka dengan para sahabat nabi, karena kelompok Syiah di Suriah sering kali menghina sahabat Nabi.
“Maka para alim ulama di Suriah berpesan kepada rakyat Indonesia agar tidak mau termakan tipuan persatuan dari Syiah, karena mereka sejatinya kelompok takfiri,” pungkas redaktur pelaksana Islampos.com ini. (islampos)