14 Februari dikenal sebagai Valentine day, entah bagaimana Valentine day itu masuk menggrogoti hampir 50% jiwa muda warga Indonesia dewasa ini. tidak hanya dari kalangan Non Muslim bahwan Kaum muslim pun ikut-ikutan merayakan Valentine day,tanpa tau makna tanpa mengerti misi sebenarnya dari valentine day tersebut,hanya sekedar ikut ikutan. namun resikonyo tanggung sendiri. entah itu kerugian materi maupun kerugian harga diri. dalam hal valentin day,wanita yang paling dirugikan secara tak disadari. setelah itu tunggulah azab,dari saang kholiq, entah itu musibah atau bencana.
Di antara bencana yang menimpa pemuda Islam
adalah sikap latah meniru kebiasaan orang kafir. Salah satu di antaranya,
memeriahkan Valentine’s Day. Valentine’s
day, 100% datang dari orang kafir.
Kita semua sepakat bahwa valentine datang
dari budaya non muslim. Terlalu banyak referensi tentang sejarah dan latar
belakang munculnya hari valentine, yang mengupas hal itu. Saking banyaknya,
mungkin kuranng bijak jika kami harus mengulas ulang pembahasan yang sudah
berceceran tentang sejarah valentine’s. Untuk itu, kami di sini hanya ingin
meyakinkan bahwa valentine murni dari orang kafir.
Klaim: Kami mengakui bahwa
valentine’s day buatan orang kafir, tapi kami sama sekali tidak melakukan
ritual mereka. Kami hanya menjadikan hari ini sebagai hari untuk mengungkapkan
rasa cinta kepada kekasih. Sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan acara
keagamaan. Apakah ini tetap dilarang?
Jawab:
Alasan ini tidak dapat diterima. Setelah Anda
memahami bahwa hari valentine adalah budaya orang kafir, ada beberapa
konsekuensi yang perlul Anda pahami:
Pertama, turut memeriahkan
valentine’s day dengan cara apapun, sama saja dengan meniru kebiasaan orang
kafir. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
memberikan ancaman yang sangat keras, bagi orang yang meniru kebiasaan orang
kafir. Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُم
“Siapa yang meniru suatu kaum maka dia bagian
dari kaum tersebut.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan Al-Albani).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah
mengatakan,
وهذا الحديث أقل أحواله أن يقتضي تحريم التشبه بهم
، وإن كان ظاهره يقتضي كفر المتشبه بهم كما في قوله : { وَمَنْ
يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ }
“Hadis ini, kondisi minimalnya menunjukkan
haramnya meniru kebiasaan orang kafir. Meskipun zahir (makna tekstual) hadis
menunjukkan kufurnya orang yang meniru kebiasaan orang kafir. Sebagaiman firman
Allah Ta’ala yang artinya, ‘Siapa di antara kalian yang
memberikan loyalitas kepada mereka (orang kafir itu), maka dia termasuk bagian
orang kafir itu’. (QS. Al-Maidah: 51).” (Iqtidha’ Shirathal Mustaqim,
1:214)
Pada hadis di atas, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak membedakan tujuan meniru kebiasaan orang
kafir itu. Beliau juga tidak memberikan batasan bahwa meniru yang dilarang
adalah meniru dalam urusan keagamaan atau mengikuti ritual mereka. Sama sekali
tidak ada dalam hadis di atas. Karena itu, hadis ini berlaku umum, bahwa semua
sikap yang menjadi tradisi orang kafir, maka wajib ditinggalkan dan tidak boleh
ditiru.
Kedua, memeriahkan hari raya
orang kafir, apapun bentuknya, meskipun hanya dengan main-main, dan sama sekali
tidak diiringi dengan ritual tertentu, hukumnya terlarang.
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam hijrah ke Madinah, beliau menjumpai masyarakat Madinah
merayakan hari raya Nairuz dan Mihrajan. Hari raya ini merupakan hari raya yang
diimpor dari orang Persia yang beragama Majusi. Ketika Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam datang, beliau bersabda,
قَدِمْتُ عَلَيْكُمْ ، وَلَكُمْ يَوْمَانِ
تَلْعَبُونَ فِيهِمَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ ، وَقَدْ أَبْدَلَكُمُ اللَّهُ بِهِمَا
خَيْرًا مِنْهُمَا : يَوْمَ النَّحْرِ ، وَيَوْمَ الْفِطْرِ
“Saya mendatangi kalian (di Madinah),
sementara kalian memiliki dua hari yang kalian gunakan untuk bermain di masa
jahiliyah. Padahal Allah telah memberikan dua hari yang lebih baik untuk
kalian: Idul Qurban dan Idul Fitri”. (HR. Ahmad, Abu Daud, Nasai, dan
dishahihkan Syaikh Ali Al-Halabi)
Mari kita simak dengan seksama hadis di atas.
Penduduk Madinah, merayakan Nairuz dan Mihrajan bukan dengan mengikuti ritual
orang Majusi. Mereka merayakan dua hari raya itu murni dengan main-main, saling
memberi hadiah, saling berkunjung, dst. Meskipun demikian, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam tetap melarang mereka untuk merayakannya,
menjadikannya sebagai hari libur, atau turut memeriahkan dengan berbagai
kegembiraan dan permainan. Sekali lagi, meskipun sama sekali tidak ada
unsur ritual atau peribadatan orang kafir.
Oleh karena itu, meskipun di malam valentine’s
sekaligus siang harinya, sama sekali Anda tidak melakukan ritual kesyirikan,
meskipun Anda hanya membagi coklat dan hadiah lainnya, apapun alasannya, Anda
tetap dianggap turut memeriahkan budaya orang kafir, yang dilarang berdasarkan
hadis di atas.
Valentine’s Day Hari Zina Internasional
Sudah menjadi rahasia umum, intensitas zina
meningkat pesat di malam valentine. Hari itu dijadikan momen paling romantis
untuk mengungkapkan rasa cinta kepada pacar dan kekasih.
Apabila valentine hanya sekadar pacaran dan makan
malam, setelah itu pulang ke “kandang” masing-masing, ini cara valentine zaman
70-an, kuno! Saat ini, valentine telah resmi menjadi hari zina.
Bukan hanya mengungkap perasaan cinta melalui
hadiah coklat, tapi saat ini dilampiri dengan kondom. Allahu akbar! Apa yang
bisa Anda bayangkan? Malam valentine menjadi kesempatan besar bagi para pemuda
dan mahasiswa pecundang untuk merobek mahkota keperawanan gadis dan para
wanita. Malam valentine diabadaikan dengan lumuran maksiat dan dosa besar.
Lebih parah dari itu, semua kegiatan di atas mereka rekam dalam video untuk
disebarkan ke berbagai penjuru bumi melalui dunia maya. Bukankah ini bencana
besar?! Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raajiuun..
Dimanakah rasa malu mereka?! Dimanakah rasa
keprihatinan mereka dengan umat?! Akankah mereka semakin memperparah keadan?!
Wahai para pemuda pecundang…, jangan karena kalian
tidak mampu menikah kemudian kalian bisa sewenang-wenang menggagahi wanita??
Wahai para pemudi yang hilang rasa malunya…,
jangan karena sebatang cokelat dan romantisme picisan Anda merelakan bagian
yang paling berharga pada diri Anda. Laki-laki yang saat ini sedang menjadi
pacarmu, bukan jaminan bisa menjadi suamimu. Bisa jadi kalian sangat berharap
kasih sayang sang kekasih, namun di balik itu, obsesi terbesar pacarmu hanya
ingin melampiaskan nafsu binatangnya dan mengambil madumu.
Bertaubatlah wahai kaum muslimin…
Ingatlah hadis Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam,
وَلاَ ظَهَرَتِ الْفَاحِشَةُ فِى قَوْمٍ قَطُّ
إِلاَّ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْهِمُ الْمَوْتَ
“Jika perbuatan kekejian sudah merebak dan
dilakukan dengan terang-terangan di tengah-tengah masyarakat, maka Allah akan
menimpakan kehancuran kepada mereka.” (HR. Hakim dan beliau shahihkan,
serta disetujui Ad-Dzahabi)
Allahu Akbar, bukankah ini ancaman yang
sangat menakutkan. Gara-gara perbuatan mereka yang tidak bertanggung jawab itu,
bisa jadi Allah menimpakan berbagai bencana yang membinasakan banyak manusia.
Ya.. valentine’s day, telah menyumbangkan masalah besar bagi masyarakat. Sangat
tepat seperti kisah Nabi Musa ‘alaihis salam yang berdoa kepada Allah,
karena kelancangan yang dilakukan kaumnya yang menyembah anak sapi. Allah
abadikan dalam firman-Nya,
إِنَّ الَّذِينَ اتَّخَذُوا الْعِجْلَ
سَيَنَالُهُمْ غَضَبٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَذِلَّةٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُفْتَرِينَ (152)وَالَّذِينَ عَمِلُوا السَّيِّئَاتِ
ثُمَّ تَابُوا مِنْ بَعْدِهَا وَآمَنُوا إِنَّ رَبَّكَ مِنْ بَعْدِهَا لَغَفُورٌ
رَحِيمٌ (153) وَلَمَّا سَكَتَ عَنْ مُوسَى الْغَضَبُ أَخَذَ
الْأَلْوَاحَ وَفِي نُسْخَتِهَا هُدًى وَرَحْمَةٌ لِلَّذِينَ هُمْ لِرَبِّهِمْ
يَرْهَبُونَ (154) وَاخْتَارَ مُوسَى قَوْمَهُ سَبْعِينَ رَجُلًا
لِمِيقَاتِنَا فَلَمَّا أَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ قَالَ رَبِّ لَوْ شِئْتَ
أَهْلَكْتَهُمْ مِنْ قَبْلُ وَإِيَّايَ أَتُهْلِكُنَا بِمَا
فَعَلَ السُّفَهَاءُ مِنَّا إِنْ هِيَ إِلَّا فِتْنَتُكَ تُضِلُّ بِهَا مَنْ
تَشَاءُ وَتَهْدِي مَنْ تَشَاءُ أَنْتَ وَلِيُّنَا فَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا
وَأَنْتَ خَيْرُ الْغَافِرِينَ
“Sesungguhnya orang-orang yang menjadikan anak
lembu (sebagai sembahannya), kelak akan menimpa mereka kemurkaan dari Tuhan
mereka dan kehinaan dalam kehidupan di dunia. Demikianlah Kami memberi balasan
kepada orang-orang yang membuat-buat kebohongan. Orang-orang yang mengerjakan
kejahatan, kemudian bertaubat sesudah itu dan beriman; sesungguhnya Tuhan kamu
sesudah taubat yang disertai dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. Sesudah amarah Musa menjadi reda, lalu diambilnya (kembali) luh-luh
(Taurat) itu; dan dalam tulisannya terdapat petunjuk dan rahmat untuk
orang-orang yang takut kepada Tuhannya. Dan Musa memilih tujuh puluh orang dari
kaumnya untuk (memohonkan taubat kepada Kami) pada waktu yang telah Kami
tentukan. Maka ketika mereka digoncang gempa bumi, Musa berkata, “Ya Tuhanku,
kalau Engkau kehendaki, tentulah Engkau membinasakan mereka dan aku sebelum
ini. Apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan
orang-orang yang BODOH di antara kami? Itu hanyalah cobaan
dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cobaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan
Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah Yang
memimpin kami, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkaulah
Pemberi ampun yang sebaik-baiknya.” (QS. Al-A’raf: 153 – 155)
Karena itu, kami mengajak kepada mereka yang
masih lurus fitrahnya. Berusahalah untuk banyak istighfar kepada Allah.
Perbanyaklah memohon ampunan kepada Allah. Kita berharap, dengan banyaknya
istigfar yang kita ucapkan di malam zina ini, semoga Allah mengampuni
hamba-hamba-Nya. Musa memohon ampunan kepada Allah, disebabkan ulah kaumnya
yang bodoh, yang mengundang murka Allah.
Yaa Allah.., akankah Engkau membinasakan kami
disebabkan ulah orang-orang BODOH di malam valentine?
Ampunilah kami Yaa, Allah..
Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewab
Pembina Konsultasi Syariah)