Berita Islam Terkini- Walaupun sempat terjadi perdebatan, renovasi Masjid Baitulrahman di Wamena tetap akan dilaksanakan. Keputusan ini diambil usai sejumlah petinggi tokoh nasrani dan muslim melakukan pertemuan tertutup dengan Bupati Jayawijaya, Wempi Wetipo yang dilaksanakan di Kantor Bupati Jayawijaya.
Pertemuan hampir tiga jam itu menghasilkan sejumlah poin kesepakatan yakni pembangunan menara masjid yang sebelumnya setinggi 20 meter, akan diturunkan menjadi 15 meter. Lalu, terjadi juga perubahan pada bangunan masjid yang tadinya akan dibangun dua lantai, disepakati dalam pertemuan itu akan dibangun menjadi satu lantai. Luas bangunan yang tadinya akan dibangun 40 meter, maka akan dikurangi hingga menjadi 25 meter persegi. Namun luas itu tidak termasuk dengan sayap kiri dan kanan yang lebarnya masing-masing 6 meter.
“Kami telah bersepakat untuk merevisi gambar bangunan masjid dan kemudian akan diterbitkan ijin mendirikan bangunan (IMB) yang baru, sesuai dengan kesepakatan hari ini ,” ucap Wempi, Kamis (3/3).
Sedangkan untuk oknum yang sengaja menyebarkan isu pembangunan masjid yang berujung pada penolakan sikap gereja, menurutnya isu tersebut sudah tak berarti lagi, sebab telah diambil keputusan terpenting hari ini.
“Harapan saya masyarakat di Jayawijaya, mengerti akan budaya dan adat setempat. Keputusan yang diambil hari ini akan diterima oleh semua pihak dan ini adalah keputusan yang terbaik,” urainya.
Hadir dalam pertemuan tersebut, Ketua MUI Papua, H. Solehudin mengapresiasi keputusan yang diambil dalam pertemuan hari ini. “Saya berharap umat muslim di Wamena dan pegunungan tengah Papua pada umumnya, untuk menerima dan mengetahui keputusan ini sebaik-baiknya,” ujarnya.
Sedangkan Ketua PGGJ, Pendeta Abraham Ungirwalu berharap kerukunan umat beragama di Wamena terus ditingkatkan, agar tercipta suasana kondusif dan aman.
Pertemuan yang dihadiri perwakilan 15 gereja yang tergabung dalam PGGJ ini juga dihadiri oleh Dirjen Binmas, Kementrian Agama perwakilan Papua, Odita Hutabarat. Dirinya menyambut baik kesepakaan yang dihasilkan dalam pertemuan tersebut. Persoalan ini, kata Odita merupakan pelajaran yang harus diambil hikmahnya, sebab banyak pihak yang ingin mengadu domba antara muslim dan nasrani dalam kasus ini.
“Masalah ini hanya salah pemahaman, antara pihak yang satu dan lainnya, tetapi pertemuan hari ini telah diambil suatu keputusan yang bijak yang diambil oleh seorang bupati. Beliau paham akan peraturan bersama,” urainya.(jm)
Pertemuan hampir tiga jam itu menghasilkan sejumlah poin kesepakatan yakni pembangunan menara masjid yang sebelumnya setinggi 20 meter, akan diturunkan menjadi 15 meter. Lalu, terjadi juga perubahan pada bangunan masjid yang tadinya akan dibangun dua lantai, disepakati dalam pertemuan itu akan dibangun menjadi satu lantai. Luas bangunan yang tadinya akan dibangun 40 meter, maka akan dikurangi hingga menjadi 25 meter persegi. Namun luas itu tidak termasuk dengan sayap kiri dan kanan yang lebarnya masing-masing 6 meter.
“Kami telah bersepakat untuk merevisi gambar bangunan masjid dan kemudian akan diterbitkan ijin mendirikan bangunan (IMB) yang baru, sesuai dengan kesepakatan hari ini ,” ucap Wempi, Kamis (3/3).
Sedangkan untuk oknum yang sengaja menyebarkan isu pembangunan masjid yang berujung pada penolakan sikap gereja, menurutnya isu tersebut sudah tak berarti lagi, sebab telah diambil keputusan terpenting hari ini.
“Harapan saya masyarakat di Jayawijaya, mengerti akan budaya dan adat setempat. Keputusan yang diambil hari ini akan diterima oleh semua pihak dan ini adalah keputusan yang terbaik,” urainya.
Hadir dalam pertemuan tersebut, Ketua MUI Papua, H. Solehudin mengapresiasi keputusan yang diambil dalam pertemuan hari ini. “Saya berharap umat muslim di Wamena dan pegunungan tengah Papua pada umumnya, untuk menerima dan mengetahui keputusan ini sebaik-baiknya,” ujarnya.
Sedangkan Ketua PGGJ, Pendeta Abraham Ungirwalu berharap kerukunan umat beragama di Wamena terus ditingkatkan, agar tercipta suasana kondusif dan aman.
Pertemuan yang dihadiri perwakilan 15 gereja yang tergabung dalam PGGJ ini juga dihadiri oleh Dirjen Binmas, Kementrian Agama perwakilan Papua, Odita Hutabarat. Dirinya menyambut baik kesepakaan yang dihasilkan dalam pertemuan tersebut. Persoalan ini, kata Odita merupakan pelajaran yang harus diambil hikmahnya, sebab banyak pihak yang ingin mengadu domba antara muslim dan nasrani dalam kasus ini.
“Masalah ini hanya salah pemahaman, antara pihak yang satu dan lainnya, tetapi pertemuan hari ini telah diambil suatu keputusan yang bijak yang diambil oleh seorang bupati. Beliau paham akan peraturan bersama,” urainya.(jm)