Kegelapan menyelubungi Eropa kala itu. Siang hari kelabu, orang-orang menatap
curiga Matahari yang tertutup noktah besar, titik hitam yang jelas terlihat
dengan mata telanjang.
“Bintik besar pada matahari itu menimbulkan kekhawatiran yang tak masuk akal,
juga prediksi absurd,” demikian dikabarkan London Chronicle saat itu. Ada yang menudingnya
sebagai penyebab cuaca aneh dan basah di musim panas kali ini. Banyak pula yang
menyebut, itu adalah sinyal panas sedang dihisap keluar dari Bumi; pertanda
kepunahan atau akhir dunia.”
Di Ghent, Belgia, kepanikan melanda saat bunyi terompet berbunyi nyaring di
tengah badai. Tiga perempat penduduknya bergegas keluar rumah, berlutut di
jalan-jalan, menangkupkan telapak tangan, berdoa dengan tubuh gemetar.
Namun, tak ada apapun yang terjadi. Kiamat tak jadi datang. Orang-orang tak
tahu, apa yang dikira sebagai suara 'sangkakala ketujuh', ternyata terompet milik para serdadu
resimen kavaleri yang ditiup angin kencang.
Mereka juga tak punya bayangan, kegelapan 'a year without summer'
yang menyelubungi Benua Biru terkait letusan gunung yang ribuan kilometer
jauhnya: Tambora tahun 1815.
Bunyi 'sangkakala' kini kembali jadi bahan perbincangan. Suara terompet yang
seakan datang dari balik awan terdengar di sejumlah titik di dunia dalam 1
dekade terakhir. Di Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Ukraina, dan sejumlah
negara Eropa. Video pertama diunggah ke YouTube pada 2008, dari Homel, Belarus.