Intimidasi dan Diskriminalisasi yang bersifat SARA belum menunjukkan pengurangan khususnya terhadap muslim dan islam pada umum-nya,itu semua terjadi di tengah-tengah kehidupan kita namun pemimpin kita nampaknya telah menutup mata rapat rapat dan barang kali telah syah jika dikatakan mereka telah berlepas diri dari Islam yang notabene adalah kepercayaan-nya pada kebanyakan.
Begitupun para Muballig,dan Ulama,mereka seakan memberikan lampu hijau kepada musuh untuk menginjak harkat dan martabat Islam itu sendiri,
Simaklah betapa Islam itu diperlakukan
Muslim Tolikara diteror dan intimidasi, berikut
pernyataan sikap Komat
Puluhan tahun Muslim Tolikara, Papua hidaup dalam keadaan tertekan, diintimidasi dan diterot oleh pihak Gereja Injili di Indonesia (GIDI). H. Ali Muktar adalah salah satu imam Masjid Baitul Muttaqien Tolikara, sekaligus salah saksi dalam aksi penyerangan kelompok perusuh yang berakibat pembakaran kios dan masjid menuturkan,
“Di sini memang mendirikan rumah ibadah dilarang kecuali Gereja Injili Di Indonesia (GIDI). Tidak hanya Islam, bahkan semua denominasi Kristen kecuali GIDI dilarang,”
Jauh sebelum itu, pada 1990-an beberapa orang tua dari warga asli Papua, di Distrik Walesi, Kabupaten Jayawijaya memeluk agama Islam, kemudian ditangkap dan dipenjarakan karena berusaha membangun mushola. Bahkan, sebetulnya hal itu sudah terjadi sejak 1970-an.
Demikian dikatakan salah satu warga dari Distrik Walesi, Kabupaten Jayawijaya, Wamena, Hamka Yeni Pele saat rombongan TPF Komat Tolikara bersama anggota JITU bersilaturahmi serta berkoordinasi di rumah putra kepala suku Dani, H. Arif Lani, di Kabupaten Jayawijaya, ibukota Wamena, Rabu (22/07/2015) malam.
“Termasuk bapak saya sendiri, waktu itu. Alasan mereka masuk Islam karena itu sebuah pilihan. Jadi, sebetulnya tidak ada masalah bagi yang mau memeluk agama Islam,” ungkap Hamka.
Untuk itu Komite umat untuk Tolikara (KOMAT), dalam rilisnya kepada redaksi siang ini. mendorong pihak keamanan memberikan jaminan keamanan dan ketenangan bagi masyarakat Muslim di Tolikara dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari, pasca insiden penyerangan shalat iedul fitri.
Berikut selengkapnya Pernyataan sikap KOMAT:
- Menolak pihak-pihak yang menghambat masuknya bantuan dari lembaga-lembaga kemanusiaan resmi dalam rangka pemulihan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di Tolikara.
- Meminta semua ormas dan elemen masyarakat secara bersama menyalurkan bantuannya secara terkoordinasi melalui BAZNAS dan LAZNAS yang dikoordinasikan oleh FOZ, agar pemulihan dan pembangunan perekonomian di Tolikara berjalan dengan efektif.
- Mendorong pihak keamanan memberikan jaminan keamanan dan ketenangan bagi masyarakat muslim di Tolikara dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari, pasca insiden penyerangan shalat iedul fitri.
- Langkah hukum yang tegas, adil dan transparan terhadap aktor intelektual atau oknum oknum yang terindikasikan melakukan gerakan radikalisme, separatisme, dan terorisme harus tetap dilakukan untuk mewujudkan keadilan.
- Masalah Tolikara adalah masalah dalam negeri. Semua pihak perlu mewaspadai kepentingan asing atau pihak lain yang tidak bertanggung jawab terhadap kedaulatan NKRI. TNI dan POLRI harus menindak unsur-unsur atau atribut yang mengarah pada keterlibatan pihak asing yang tidak bertanggung jawab.
- Mendorong semua pihak untuk mewujudkan kondisi damai dan toleransi di kabupaten Tolikara.
- Mendukung Menteri Dalam negeri untuk mencabut perda yang telah diakui oleh bupati Tolikara tentang aturan pembatasan pembangunan rumah ibadah di kabupaten Tolikara karena bertentangan dengan Undang-Undang Dasar dan tidak kondusif untuk toleransi dan kerukunan antar umat beragama, khususnya di Tolikara
Muslim China tidak hanya di intimidasi,tapi juga di
Kriminalisasi
Dalam tindakan keras lain pada
kebebasan beragama, Cina telah memaksa para imam dari distrik Xinjiang untuk
menari di jalanan. Para Imam diminta untuk bersumpah bahwa mereka tidak akan
mengajarkan agama kepada anak-anak. Mereka juga diminta untuk mengatakan kepada
anak-anak bahwa shalat itu berbahaya bagi jiwa.Kejadin pemaksaan itu terjadi pada awal bulan, yakni 9 Februari. Seperti yang dilansir Islamonline, para imam Muslim telah dipaksa untuk mengayunkan slogan bahwa rejeki yang mereka peroleh bukan dari Allah SWT.
Berita Cina mengatakan, imam berkumpul di sebuah lapangan atas nama peradaban. Mereka dipaksa untuk menari dan bernyanyi slogan sebagai tanda untuk mendukung negara. Slogan-slogan tersebut termasuk pernyataan memuliakan negara atas agama, seperti 'perdamaian negara memberikan ketenangan bagi jiwa'.
Para imam juga diminta untuk memberikan pidato kepada para pemuda dan anak-anak. Generasi penerus bangsa dan agama itu dipaksa untuk menjauh dari Masjid. Mereka juga harus memahami bahwa doa itu berbahaya bagi kesehatan mereka dan mendorong mereka untuk menari sebagai gantinya.
Guru perempuan diperintahkan untuk mengajarkan anak-anak agar menjauh dari pendidikan agama. Kemudian, mereka dipaksa untuk bersumpah bahwa mereka akan menjaga anak-anak jauh dari agama.
Sebelumnya, kelompok-kelompok HAM meminta pemerintah China untuk melakukan tindakan terhadap Muslim Uighur di Xinjiang yang dianggap teroris. Pada November lalu, Xinjiang pun dilarang untuk melakukan praktik agama di gedung-gedung pemerintahan.
Selain itu, umat Muslim Xinjiang juga dilarang mengenakan pakaian atau logo yang berhubungan dengan ekstremisme agama. Bahkan, pada Agustus lalu, kota Xinjiang Karamay Utara diminta agar para pemudanya untuk tidak berjenggot. Kemudian, wanita Muslim juga dilarang untuk mengenakan burqa atau jilbab di asrama atau bus umum
Intimidasi Anti Islam Naik di Kanada
Dia mengatakan volume laporan kejadian anti-Muslim secara nasional terjadi sekitar lima minggu. “Dan sudah naik sekitar sepuluh kali lipat, dengan lonjakan nyata dalam beberapa hari terakhir,” ujarnya.Kekhawatiran adanya ekstremisme di dalam negeri telah meningkat di Kanada setelah seorang pria bersenjata menembak seorang tentara dekat gedung Parlemen di Ottawa pada 22 Oktober. Dua hari sebelumnya, seorang pria menabrak dua tentara dengan mobilnya di dekat Montreal, menewaskan satu orang.
Serangan itu terjadi pada saat Kanada mengirimkan pesawat tempur mereka untuk ikut ambil bagian dalam serangan udara melawan pejuang ISIS di Irak.[fq/islampos/reuters]