BENARKAH GAYA EKSEKUSI DENSUS 88 MELAHIRKAN DENDAM KUSUMAT ?



AKSI teror yang terus merebak dan makin banyaknya jumlah pengikut kelompok teroris adalah sebagai dampak dari buruknya pola penangkapan yang dilakukan Densus 88 Anti Teror selama ini. Densus 88 cenderung bergaya algojo dalam mengeksekusi mati tersangka di lapangan. Padahal tugas Polri adalah melumpuhkan dan membawa tersangka ke dalam proses hukum dan bukan mengeksekusi matinya di lapangan.

Demikian dikatakan Ketua Presidium Ind Police Watch (IPW) Neta S Pane dalam siaran pers yang diterima Islampos, Rabu (20/1).

IPW menilai, cara-cara yang dilakukan Densus menyiksa dan mengeksekusi mati tersangka dalam penangkapan telah melahirkan dendam kesumat yang luar biasa, terutama terhadap Polri. Di luar dugaan, pola penangkapan ini telah melahirkan sikap simpati untuk ikut “berjihad” melakukan balas dendam, baik dari para keluarga tersangka maupun kelompok-kelompok lainnya.

Kasus Bahrun Naim misalnya, semula dia bukan teroris. Naim hanya teknisi komputer yang suka mengkritisi sikap Densus di media-media online.

Di tahun 2010 Naim tiba-tiba ditangkap di jalanan dan disiksa. Naim dituduh menyimpan senjata dan peluru. Saat itu juga di facebooknya muncul sikap simpati anak anak muda pada nasib Naim. Mereka mencaci maki Densus. Akhirnya Naim divonis 2,5 tahun. Lepas dari penjara Naim ke Suriah. Lalu bergabung dengan ISIS.

Begitu juga dengan anak Imam Samudra yang masih remaja ke Suriah. Akibatnya muncul generasi turun temurun, yang akan menyulitkan bagi bangsa ini untuk mengatasinya.

“Proses deradikalisasi gagal yang terjadi dendam kesumat kian marak dan menjadi kayu bakar terorisme. Fenomena ini perlu kita cermati semua pihak,” ujar Neta.

IPW berpandangan, sebenarnya program deradikalisasi harus sejalan bersinergi dengan program penindakan yang profesional. Celakanya, masing-masing pihak di jajaran aparat keamanan cenderung mempertinggi ego sektoralnya. Akibatnya pelaksanaan tugas di lapangan saling merugikan satu sama lain.

“Ke depan, bangsa ini perlu pemimpin Densus yang berwawasan luas dan bisa mengendalikan anak buahnya di lapangan agar bertindak profesional. Selain itu kendali BNPT yang mengakar ke seluruh unsur yang berhubungan dengan penanggulangan teror perlu ditingkatkan. Sehingga bangsa ini tidak hanya kebakaran jenggot saat aksi teror bom meledak. (Islampos).