Ulasan dari artikel sebelunya..
Terorisme Menurut BNPT
Kepala BNPT yang lalu, Ansyad Mbai pernah mengatakan di acara Halaqoh Penanggulangan Terorisme, yang berlangsung pada 6 Nopember 2010, bahwa salah satu ciri teroris adalah “pihak atau kelompok yang menginginkan penegakkan Khilafah Islamiyah atau Daulah Islamiyah”. Jelas ini adalah pernyataan yang cukup tendensius yang mengarah kepada Islam dan kaum muslimin, karena khilafah adalah lembaga tertinggi kepemimpinan umat Islam di dunia. Khilafah pula yang selama berabad-abad melindungi kaum muslimin.
Bukti lain yang menguatkan keyakinan kalau label teroris hanya ditujukan kepada umat Islam adalah apa yang terjadi di Papua beberapa tahun terakhir. Sebagai contoh, pada tanggal 4 Januari 2014 terjadi serangan terhadap pos polisi yang menewaskan 2 orang anggota Polri di sub Sektor Kulirik, Puncak Jaya, Papua. Penyerangan dilakukan oleh 20 orang anggota OPM (Organisasi Papua Merdeka). Beberapa tahun belakangan ini OPM juga cukup aktif dalam melakukan aksi teror, tapi ke mana Densus 88?
Seandainya Densus 88 benar-benar spesial didesain untuk melawan terorisme, seharusnya mereka turun ke Papua. Setali tiga uang dengan Densus 88 yang tidak melakukan tindakan apa-apa, media mainstream (sekuler) juga tidak menyebut OPM sebagai organisasi teroris. Padahal teror yang mereka lakukan nyata, terorganisir dan jelas-jelas membahayakan NKRI.
Kenyataan ini semakin menguatkan indikasi bahwa Densus 88 dan BNPT hakekatnya adalah kepanjangan tangan (antek) Amerika dalam War on Teror (WOT). WOT Amerika yang genderangnya ditabuh oleh George Walker Bush pasca penyerangan WTC dan Pentagon adalah perang Amerika terhadap umat Islam yang Densus 88 hanyalah salah satu dari sekian banyak elemen WOT Amerika.
Berbagai indikasi kuat akan hal ini di antaranya adalah apresiasi yang diucapkan lansung dari Gedung Putih akan “keberhasilan” Densus 88 dan BNPT dalam memberantas terorisme di Idonesia. Dalam bukunya “Dinamika Baru Jejaring Teror di Indonesia,” Kepala BNPT Ansyaad Mbai dengan bangganya menceritakan bahwa ia mendapat telepon dari asisten Obama.
“Good evening General, Congratulation…I just to convey the message from my Boss (Barrack Obama) The highes appreciate to Indonesia’s success in countering-terrorism.” (Selamat sore Jendral, saya hanya menyampaikan pesan dari bos saya (Barrack Obama). Apresiasi yang tinggi untuk keberhasilan Indonesia dalam upaya memberantas terorisme.)
Dalam buku tersebut ada penjelasan dalam diri Mbai karena tidak menanyakan siapakah yang menelepon, baru kemudian hari Mbai tahu bahwa yang meneleponnya adalah John O. Brennan, Security Advisor Obama yang akhirnya diangkat menjadi Bos CIA yang baru.
Apresiasi yang diberikan Obama dan disampaikan oleh orang yang akhirnya menjadi bos CIA agaknya ini menjadi bukti kuat akan keterlibatan Densus 88 dalam proyek War On Teror-nya Amerika yang sejatinya itu adalah perang terhadap umat Islam.#kiblatnet
Bersambung