Anak adalah investasi orang tua, baik di dunia maupun akhirat. Maka dari itu anak merupakan amanah yang harus orang tua jaga sebaik mungkin. Terutama menjaganya dengan keimanan dan ketakwaan.
DALAM beberapa kesempatan family gathering bersama keluarga teman-teman satu bagian di tempat bekerja, saya mengamati tingkah laku anak-anak mereka. Bukankah mesti tidak bersifat mutlak, tapi tingkah laku seorang anak bisa mencerminkan pola didik orang tuanya?
Suatu ketika, seorang senior laki-laki sedang minum sambil berdiri di depan putra bungsunya. Di luar dugaan, si anak tersebut kontan nyeletuk, “Ihhh, Ayah kayak kuda, minumnya berdiri.” Meskipun sampai sekarang saya belum pernah lihat kuda minum sambil berdiri (ngebayangin kuda berdiri saja, saya sudah bingung sendiri).
Tidak hanya sampai di situ, teguran-teguran lain yang didapat dua senior perempuan saya yang berbeda pun kembali terjadi.
Senior pertama diingatkan dan dicontohkan oleh sang putri yang disekolahkan di sekolah Islam dalam hal berhijab.
“Bunda, aku mau pake rok.”
Bahkan sang bunda bercerita, bahwa tampilan si anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar ini jauh lebih syar’i ketimbang dirinya sendiri.
“Si Adek mah lebih rapet kalo ke mana-mana. Rok, jilbab juga yang panjang, sampai ke kaus kaki coba. Lah Bundanya masih begini?”
Teman perempuan saya yang lain juga bercerita, bahwa putrinya yang baru TK, sudah ceriwis sekali dalam mengingatkan ibunya perihal agama.
“Ibu … kata Ustadzah, perempuan itu kalo keluar rumah harus nutup aurat! Perempuan kalo ke luar rumah cuma buat ngaji.”
Kalau sudah begini, para orang tua yang tidak mengimbangi diri seiring dengan pengetahuan agama putra-putrinya yang terus berkembang, bisa kelabakan sendiri! Dan cuma bisa terkejut-kejut mendapati dirinya justru sering ditegur oleh si kecil.
Anak adalah investasi orang tua, baik di dunia maupun akhirat. Seorang anak memiliki usia-usia emas yang tak lain menjadi momentum berharga untuk diisi oleh hal-hal positif.
Seorang anak yang sejak kecil sudah dikenalkan dengan dunia Islam, In Syaa Allah, ketika dia beranjak remaja lalu dewasa, tanpa mesti diawasi 24 jam oleh kedua orang tuanya, akan memiliki self reminder atau alarm otomatis yang berfungsi untuk membedakan mana yang hak dan yang bathil.
Sebaliknya, anak yang semasa kecilnya dibiarkan jauh dari nilai-nilai Islam yang merupakan pondasi penting dalam kehidupan. Dibiarkan menjadi maniak gadget. Tak peduli dengan siapa dia berteman, maka orang tua seharusnya tak perlu kaget jika kemungkinan besar, anak ini akan tumbuh menjadi pemuda-pemudi yang tak terkendali dan suka membangkang di kemudian hari!
Ingatlah para orang tua!
Bahwasanya setiap anak itu adalah amanah, yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya, baik di dunia maupun di akhirat.
“Anaknya siapa sih nih?”
“Siapa yaa orang tuanya?”
Adalah pertanyaan yang mendominasi ketika seorang anak melakukan suatu yang membanggakan, pun ketika ia sedang membuat keonaran dalam suatu lingkungan.
Jika di dunia saja, baik buruknya seorang anak, maka orang tuanya adalah pihak pertama yang dicari untuk dimintai pertanggungjawabannya, maka bagaimana kelak di akhirat? Wallahu A’lam bisshowab.(ip)
DALAM beberapa kesempatan family gathering bersama keluarga teman-teman satu bagian di tempat bekerja, saya mengamati tingkah laku anak-anak mereka. Bukankah mesti tidak bersifat mutlak, tapi tingkah laku seorang anak bisa mencerminkan pola didik orang tuanya?
Suatu ketika, seorang senior laki-laki sedang minum sambil berdiri di depan putra bungsunya. Di luar dugaan, si anak tersebut kontan nyeletuk, “Ihhh, Ayah kayak kuda, minumnya berdiri.” Meskipun sampai sekarang saya belum pernah lihat kuda minum sambil berdiri (ngebayangin kuda berdiri saja, saya sudah bingung sendiri).
Tidak hanya sampai di situ, teguran-teguran lain yang didapat dua senior perempuan saya yang berbeda pun kembali terjadi.
Senior pertama diingatkan dan dicontohkan oleh sang putri yang disekolahkan di sekolah Islam dalam hal berhijab.
“Bunda, aku mau pake rok.”
Bahkan sang bunda bercerita, bahwa tampilan si anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar ini jauh lebih syar’i ketimbang dirinya sendiri.
“Si Adek mah lebih rapet kalo ke mana-mana. Rok, jilbab juga yang panjang, sampai ke kaus kaki coba. Lah Bundanya masih begini?”
Teman perempuan saya yang lain juga bercerita, bahwa putrinya yang baru TK, sudah ceriwis sekali dalam mengingatkan ibunya perihal agama.
“Ibu … kata Ustadzah, perempuan itu kalo keluar rumah harus nutup aurat! Perempuan kalo ke luar rumah cuma buat ngaji.”
Kalau sudah begini, para orang tua yang tidak mengimbangi diri seiring dengan pengetahuan agama putra-putrinya yang terus berkembang, bisa kelabakan sendiri! Dan cuma bisa terkejut-kejut mendapati dirinya justru sering ditegur oleh si kecil.
Anak adalah investasi orang tua, baik di dunia maupun akhirat. Seorang anak memiliki usia-usia emas yang tak lain menjadi momentum berharga untuk diisi oleh hal-hal positif.
Seorang anak yang sejak kecil sudah dikenalkan dengan dunia Islam, In Syaa Allah, ketika dia beranjak remaja lalu dewasa, tanpa mesti diawasi 24 jam oleh kedua orang tuanya, akan memiliki self reminder atau alarm otomatis yang berfungsi untuk membedakan mana yang hak dan yang bathil.
Sebaliknya, anak yang semasa kecilnya dibiarkan jauh dari nilai-nilai Islam yang merupakan pondasi penting dalam kehidupan. Dibiarkan menjadi maniak gadget. Tak peduli dengan siapa dia berteman, maka orang tua seharusnya tak perlu kaget jika kemungkinan besar, anak ini akan tumbuh menjadi pemuda-pemudi yang tak terkendali dan suka membangkang di kemudian hari!
Ingatlah para orang tua!
Bahwasanya setiap anak itu adalah amanah, yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya, baik di dunia maupun di akhirat.
“Anaknya siapa sih nih?”
“Siapa yaa orang tuanya?”
Adalah pertanyaan yang mendominasi ketika seorang anak melakukan suatu yang membanggakan, pun ketika ia sedang membuat keonaran dalam suatu lingkungan.
Jika di dunia saja, baik buruknya seorang anak, maka orang tuanya adalah pihak pertama yang dicari untuk dimintai pertanggungjawabannya, maka bagaimana kelak di akhirat? Wallahu A’lam bisshowab.(ip)