KAIRO - Kerusuhan meletus di pinggir kota Kairo, Selasa, setelah seorang polisi diduga menembak tiga warga dalam perselisihan dan menewaskan seorang di antara mereka, kata sumber keamanan. Ini menjadi kejadian terkini dugaan kekejaman polisi di Mesir, yang membangkitkan kemarahan warga.
Menurut saksi, perselisihan tersebut terkait harga secangkir teh.
Rekaman video, yang dibuat seseorang di tempat kejadian itu dan dikirimkan ke Reuters menunjukkan seorang pria terbaring di atas lantai dan dikelilingi warga, yang marah. Belum jelas apakah pria tersebut tewas.
Salah seorang warga mengangkat selongsong peluru dan menuduh polisi membunuh warga Mesir yang miskin.
Massa segera berkumpul, menggulingkan mobil polisi dan memukuli seorang polisi lain di lokasi, kata saksi, yang tidak melihat penembakan namun ia tiba di lokasi kejadian Rehab tak lama setelahnya.
Pegiat hak asasi manusia mengatakan, kekejaman polisi telah meluas di Mesir dan ada budaya kekebalan hukum. Kementerian Dalam Negeri Mesir mengatakan penganiayaan merupakan kasus terpencil dan insiden-insiden yang terjadi tengah diselidiki.
"Ada bentrokan antara polisi dan warga setempat. Pasukan keamanan mengirimkan dua kendaraan anti-huru-hara polisi serta sebuah kendaraan lapis baja, dan keluarga korban ada di sini melempari mereka dengan batu," kata saksi, yang enggan disebutkan namanya itu.
"Pasukan keamanan mundur dan berjanji mendapatkan keadilan namun massa meminta polisi menyerahkan si pembunuh," katanya.
Sumber keamanan mengatakan perselisihan tersebut melibatkan tiga polisi dan tiga warga. Menurut saksi, dua polisi berhasil kabur namun polisi ketiga dihajar massa sebelum kemudian dibawa pergi polisi.
"Kementerian Dalam Negeri adalah penjahat kejam," teriak massa dalam video, yang dikirimkan saksi tersebut.
Kemarahan atas tindakan berlebihan polisi memicu kerusuhan pada 2011 yang mengakhiri pemerintahan Presiden Hosni Mubarak selama 30 tahun dan memulai libur Hari Polisi.
Sejak saat itu, polisi mendapatkan kembali kekuasaannya dan kelompok HAM mengatakan mereka kembali ke cara lama mereka.
Kemarahan warga terhadap polisi kembali mencuat dalam beberapa bulan terakhir.
Pada Februari, seorang polisi setempat menembak mati seorang pengemudi di jalan, dalam perselisihan terkait tarif, sehingga memicu ratusan warga berunjuk rasa di luar direktorat keamanan Kairo.
Kerusuhan juga terjadi di Ismailia dan kota wisata Luxor di Mesir selatan, terkait penanganan pihak berwajib atas kasus kematian tiga orang dalam tahanan polisi, dalam tempo satu minggu pada November.
Pasukan keamanan Mesir juga mendapat pemeriksaan ketat atas pembunuhan peneliti Italia Giulio Regeni di Kairo tahun ini.
Kelompok HAM mengatakan kematiannya memiliki ciri-ciri badan keamanan Mesir. Namun para pejabat pemerintah membantah keterlibatan ini.
"Kejadian terpencil dalam seratus tahun," kata penanggap dalam Twitter.(acw)
Menurut saksi, perselisihan tersebut terkait harga secangkir teh.
Rekaman video, yang dibuat seseorang di tempat kejadian itu dan dikirimkan ke Reuters menunjukkan seorang pria terbaring di atas lantai dan dikelilingi warga, yang marah. Belum jelas apakah pria tersebut tewas.
Salah seorang warga mengangkat selongsong peluru dan menuduh polisi membunuh warga Mesir yang miskin.
Massa segera berkumpul, menggulingkan mobil polisi dan memukuli seorang polisi lain di lokasi, kata saksi, yang tidak melihat penembakan namun ia tiba di lokasi kejadian Rehab tak lama setelahnya.
Pegiat hak asasi manusia mengatakan, kekejaman polisi telah meluas di Mesir dan ada budaya kekebalan hukum. Kementerian Dalam Negeri Mesir mengatakan penganiayaan merupakan kasus terpencil dan insiden-insiden yang terjadi tengah diselidiki.
"Ada bentrokan antara polisi dan warga setempat. Pasukan keamanan mengirimkan dua kendaraan anti-huru-hara polisi serta sebuah kendaraan lapis baja, dan keluarga korban ada di sini melempari mereka dengan batu," kata saksi, yang enggan disebutkan namanya itu.
"Pasukan keamanan mundur dan berjanji mendapatkan keadilan namun massa meminta polisi menyerahkan si pembunuh," katanya.
Sumber keamanan mengatakan perselisihan tersebut melibatkan tiga polisi dan tiga warga. Menurut saksi, dua polisi berhasil kabur namun polisi ketiga dihajar massa sebelum kemudian dibawa pergi polisi.
"Kementerian Dalam Negeri adalah penjahat kejam," teriak massa dalam video, yang dikirimkan saksi tersebut.
Kemarahan atas tindakan berlebihan polisi memicu kerusuhan pada 2011 yang mengakhiri pemerintahan Presiden Hosni Mubarak selama 30 tahun dan memulai libur Hari Polisi.
Sejak saat itu, polisi mendapatkan kembali kekuasaannya dan kelompok HAM mengatakan mereka kembali ke cara lama mereka.
Kemarahan warga terhadap polisi kembali mencuat dalam beberapa bulan terakhir.
Pada Februari, seorang polisi setempat menembak mati seorang pengemudi di jalan, dalam perselisihan terkait tarif, sehingga memicu ratusan warga berunjuk rasa di luar direktorat keamanan Kairo.
Kerusuhan juga terjadi di Ismailia dan kota wisata Luxor di Mesir selatan, terkait penanganan pihak berwajib atas kasus kematian tiga orang dalam tahanan polisi, dalam tempo satu minggu pada November.
Pasukan keamanan Mesir juga mendapat pemeriksaan ketat atas pembunuhan peneliti Italia Giulio Regeni di Kairo tahun ini.
Kelompok HAM mengatakan kematiannya memiliki ciri-ciri badan keamanan Mesir. Namun para pejabat pemerintah membantah keterlibatan ini.
"Kejadian terpencil dalam seratus tahun," kata penanggap dalam Twitter.(acw)