Operasi Camar Maleo berakhir,Polisi Tak Mampu Malahkan MIT,Dibawah Pimpinan Santoso




POSO – Hari Sabtu (9/1/2016) ini, rangkaian operasi polisi untuk menangkap anggota Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng) resmi berakhir. Namun, polisi ternyata masih tidak mampu mengalahkan kelompok MIT yang dipimpin oleh Santoso alias Abu Wardah.

Operasi yang berlangsung sejak awal tahun 2015 itu yang diberi nama sandi Camar Maleo ternyata tidak mampu menaklukkan kelompok MIT. Meski operasi ini dilaksanakan secara bergelombang, dengan Operasi Camar Maleo IV sebagai pamungkas, tapi polisi tak berdaya menghadapi anggota MIT.

Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti mengatakan, dalam rangkaian operasi tersebut ada sekitar 28 orang tertangkap termasuk dua orang unsur pimpinan kelompok MIT tersebut. CNN Indonesia mencatat, salah satu dari unsur pimpinan itu adalah Daeng Koro.

Sementara itu, identitas seorang lainnya masih belum terungkap. Sedangkan sejumlah berita yang pernah ada menunjukkan, polisi juga kerap kali melakukan salah tangkap terhadap warga sipil di Poso, dan bahkan sempat melakukan intimidasi terhadap warga.

Badrodin beralasan, meski Santoso tidak tertangkap, Badrodin menampik Operasi Camar Maleo ini adalah sebuah bentuk kegagalan. Badrodin juga mengatakan pihaknya sudah merapatkan tindak lanjut berakhirnya operasi ini. “Sudah ada gambaran soal alternatif-alternatif yang jelas,” ujarnya,

Untuk diketahui bersama, nama Santoso masuk ke dalam daftar teratas buronan “teroris” pihak kepolisian sejak diduga menjadi otak penyerbuan dan pembunuhan terhadap 3 polisi di BCA Palu pada tanggal 25 Mei 2011.

Selain itu, Santoso juga melakukan serentetan aksi di Poso setahun setelahnya. Santoso dan MIT pernah menculik 2 anggota polisi Polres Poso yang melintas di Dusun Tamanjeka untuk menjebak petugas polisi lainnya dengan ranjau.

Belum lama ini, sebuah akun media sosial Facebook (FB) juga mengunggah video yang disebut sebagai suara Santoso yang mengancam akan menyerang Istana Kepresidenan dan Kepolisian Jakarta. Polri dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menduga kuat suara tersebut memang suara Santoso.

[Manjanik.com]